Senin 11 May 2020 18:38 WIB

Gelombang Kedua Corona: Jerman Naik, Asia Kasus Baru

Kasus baru COVID-19 munculkan kekhawatiran gelombang kedua penyebaran corona

Rep: Deutsche Welle/ Red: Elba Damhuri
Kepala pelatih tim sepak bola nasional Korea Selatan, Paulo Bento (kanan), menyaksikan pertandingan pembukaan K-League antara Jeonbuk Hyundai Motors dan Suwon Samsung Bluewings di Stadion Piala Dunia Jeonju yang kosong di Jeonju, Korea Selatan, Rabu (8/5/2020). Karena krisis Coronavirus, musim K-League 2020 dimulai tanpa penonton.
Foto: EPA-EFE / YONHAP KOREA SELATAN
Kepala pelatih tim sepak bola nasional Korea Selatan, Paulo Bento (kanan), menyaksikan pertandingan pembukaan K-League antara Jeonbuk Hyundai Motors dan Suwon Samsung Bluewings di Stadion Piala Dunia Jeonju yang kosong di Jeonju, Korea Selatan, Rabu (8/5/2020). Karena krisis Coronavirus, musim K-League 2020 dimulai tanpa penonton.

REPUBLIKA.CO.ID -- Tingkat reproduksi COVID-19 di Jerman naik melampaui angka satu, yang berarti virus ini dapat menginfeksi lebih banyak orang. Di Asia, kasus-kasus baru COVID-19 munculkan kekhawatiran gelombang kedua penyebaran virus.

Tingkat reproduksi (perkiraan jumlah orang yang tertular pasien positif) virus corona di Jerman telah melonjak melampaui angka satu. Para ilmuwan mengatakan bahwa angka ini naik setelah setelah pemerintah federal dan regional melonggarkan aturan pembatasan sosial.

Sebelumnya pada Rabu (06/05), ketika Kanselir Jerman Angela Merkel dan perdana menteri negara mengumumkan pelonggaran pembatasan sosial, tingkat infeksi berada di angka 0,65. Namun pada Minggu (10/05), berdasarkan data dari Robert Koch Institute (RKI) untuk penyakit menular, angkanya meningkat secara signifikan menjadi 1,13.

Tingkat infeksi di atas angka satu ini menandakan lebih banyak orang dapat tertular patogen mematikan daripada mereka yang sudah memilikinya.

Bersiaga kembali perketat pembatasan sosial

Peningkatan tingkat infeksi tersebut membuat Jerman perlu “mengawasi perkembangan dengan sangat hati-hati di hari-hari berikutnya,” ujar RKI.

Meski begitu, RKI juga mengatakan pada April lalu bahwa dinamika pandemi tidak boleh hanya dilihat dari tingkat reproduksi saja. Presiden RKI Lothar Wieler mengatakan tingkat reproduksi adalah faktor penting, tetapi “hanya satu ukuran di antara banyak faktor lainnya”.

Pemerintah federal bersiaga untuk menarik kembali aturan pelonggaran pembatasan sosial, jika pihak berwenang merasa perlu memberlakukan hal tersebut.

Jumlah kasus virus corona pada Sabtu (09/05) di angka 169.551 kasus, mengalami peningkatan sebanyak 1.251 kasus dari sehari sebelumnya. Sementara data terbaru hingga Senin (11/05) pagi, jumlah infeksi virus corona di Jerman meningkat 357 kasus, dan menjadikan total perhitungan kasus di angka 169.575.

Angka-angka terbaru dari RKI menunjukkan peningkatan jumlah kematian 22 orang menjadi 7.417 orang.

 

Siap keluar rumah?

Setelah diberlakukan satu bulan lockdown, Jerman kembali mendapatkan kebebasan. Sebanyak 16 negara bagian di Jerman melonggarkan kebijakan lockdown. Kebijakan terbaru memperbolehkan semua toko yang luasnya di bawah 800 meter persegi untuk buka kembali mulai 20 April 2020. Namun, pembeli di wilayah lain, seperti di Berlin, harus menunggu lagi sedikit lebih lama.

 

Cina konfirmasi kasus baru setelah lebih dari satu bulan

Sementara di Cina, pemerintah kembali mengonfirmasi 17 kasus baru terkait COVID-19 pada Minggu (10/05). Ini berarti, Cina mengalami peningkatan kasus baru harian tertinggi sejak 28 April lalu.

Lima di antara kasus baru tersebut terjadi di Wuhan, tempat wabah pertama kali menyebar. Lima kasus tersebut ditransmisikan secara lokal oleh orang-orang di kompleks perumahaan yang sama dan menjadikan kasus baru di Wuhan sebagai yang tertinggi sejak 11 Maret.

Sementara, tujuh di antara 17 kasus baru tersebut adalah kasus yang diimpor oleh pelancong yang datang dari Mongolia. Total kasus di Cina hingga Senin (11/05) pagi, sedikitnya 82.918 dengan nol kematian. Meski jumlah kasus baru lebih rendah dari puncak wabah pada Februari, namun data ini menggarisbawahi risiko lanjutan yang ditimbulkan oleh COVID-19.

Korea Selatan miliki kluster baru penyebaran corona

Korea Selatan (Korsel) mempertimbangkan kembali rencana membuka kegiatan sekolah, setelah muncul kekhawatiran akan adanya penyebaran baru virus corona di ibu kota Seoul. Pihak berwenang melaporkan 35 kasus baru terkait COVID-19 pada Senin (11/05) tengah malam, yang menjadikannya angka kasus baru tertinggi sejak satu bulan. Angka tersebut memunculkan kekhawatiran bahwa negara ini bisa memiliki gelombang kedua penyebaran wabah.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KCDC) melaporkan sedikitnya 69 kasus baru terkait COVID-19 dalam 48 jam terakhir. Sebagian besar kasus baru COVID-19 dikaitkan dengan penyebaran virus di beberapa klub malam dan bar di Seoul. Pihak berwenang telah menguji 4.000 orang yang telah mendatangi klub-klub malam tersebut, namun masih berusaha melacak sekitar 3.000 orang lainnya.

"Prioritas utama kami adalah untuk meminimalkan penyebaran infeksi di wilayah Seoul dan sekitarnya," ujar Perdana Menteri Korsel Chung Sye-kyun dalam pertemuan dengan pejabat pemerintah pada Senin (11/05).

Chung menyerukan kepada pemerintah daerah untuk mengerahkan sebanyak mungkin personel yang tersedia dan bekerja dengan polisi untuk melacak orang-orang yang mendatangi tempat-tempat tersebut. Pihak berwenang mencurigai beberapa di antara orang-orang tersebut sengaja menghindari tes.

Lonjakan kasus muncul tepat setelah pemerintah Korsel melonggarkan beberapa pembatasan jarak sosial dan memutuskan untuk membuka kembali sekolah dan kegiatan bisnis sepenuhnya.

Dalam pidatonya pada Minggu (10/05), Presiden Korsel Moon Jae-in memperingatkan bahwa kondisi penyebaran virus ini "belum berakhir sampai (benar-benar) berakhir," seraya menambahkan bahwa kluster baru COVID-19 menunjukkan bahwa virus dapat menyebar secara luas kapan saja.

pkp/rap (Reuters, dpa, AFP)

sumber : Deutsche Welle
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement