Senin 11 May 2020 17:00 WIB

IDI: Uji Swab 30 Jamaah Tarawih di Mushola Tambora Tepat!

Tes swab dinilai jauh lebih baik dari rapid test.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Muhammad Fakhruddin
Tes corona (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Tes corona (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Wakil Ketua Umum PB IDI, Dr Muhammad Adib Khumaidi mengatakan, pelaksanaan uji swab terhadap 30 jamaah tarawih Mushola Baitul Muslimin, Tambora, merupakan langkah tepat. Sebab, hasil dari uji swab memang dinilai memiliki validitas yang tinggi.

“Langsung uji swab itu malah lebih bagus. Dan kalau hasil keluar, tracing bisa dilakukan dengan baik,” ujar dia ketika dikonfirmasi Republika.co.id, Senin (11/5).

Dia menambahkan, yang perlu diperhatikan jika ingin melakukan pengecekan untuk melihat potensi penyebaran lebih lanjut, terkait klaster itu adalah penggunaan metodenya. Sambung dia, jika menggunakan random sampling atau nyatanya sudah ada kasus positif, focus tracing akan bisa dilakukan dengan lebih baik.

“Misal dilihat dari awal. Dia (positif Covid-19) melakukan aktifitas yang kemudian berkontak dengan banyak orang, salah satunya dengan jamaah masjid,” katanya.

Dia melanjutkan, tracing dari situ bisa ditentukan. Hingga akhirnya sekitar 30 jemaah diputuskan untuk ikut menjalani tes swab yang ia nilai jauh lebih baik dari rapid test.

“Dan jika hasil tes 30 orang itu sudah keluar, kemudian ada tambahan positif atau bahkan negatif. Tracing bisa lebih baik lagi,” tutur dia.

Adib menerangkan, jika nyatanya ada pasien positif dari pelaksanaan tes itu, tracing pada keluarga atau setiap orang yang pernah berinteraksi dengannya harus dilakukan. Hingga akhirnya ditindak lanjuti dengan surveillance.

“Jadi dilihat dulu berapa orang positifnya, kemudian yang menyebarkan itu kontak dengan siapa juga sebelumnya. Jadi tracing bisa dilakukan secepatnya,” tambah dia.

Adib memaparkan, jika memang ada pasien positif dari tes dan pelacakan tersebut, isolasi mandiri di rumah harus dilakukan untuk memutus rantai penyebaran. Memutus rantai penyebaran, lanjut dia, juga harus didukung dengan surveillance epitemologi juga, utamanya setelah pemeriksaan swab.

“Kita lihat nanti bagaimana hasilnya, kalau semua negatif ya alhamdulillah, kalau positif ya berarti harus dilanjut dengan upaya tracing kontak dari pasien positif,” ungkap Adib.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement