Senin 11 May 2020 07:47 WIB

Literasi Mahasiswa tentang Covid-19 Dinilai Mengkhawatirkan

Pada poin tertentu literasi mahasiswa tentang Covid-19 cenderung mengkhawatirkan.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Esthi Maharani
UMM menggelar webinar dengan tema
Foto: universitas muhammadiyah malang
UMM menggelar webinar dengan tema

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Tim peneliti dari Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) bersama Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia mengadakan seminar hasil penelitian daring berskala nasional (webinar). Kegiatan ini bertemakan “Literasi Covid-19: Bagaimana Mahasiswa, Guru, dan Masyarakat Kita?”.

Literasi Covid-19 merupakan salah satu topik yang harus dikampanyekan kepada masyarakat. Pasalnya, masyarakat merupakan garda terdepan sebenarnya dalam menghadapi pandemi Covid-19. Tinggi dan rendahnya literasi masyarakat akan berpengaruh terhadap upaya Indonesia memerangi pandemi.

Pada pemaparan yang disampaikan secara bergiliran, para peneliti menilai, literasi mahasiswa tentang Covid-19 cenderung beragam. Bahkan, pada poin tertentu hal tersebut cenderung mengkhawatirkan. Padahal, mahasiswa berperan sebagai agen penggerak dan pencerah sehingga menjadi panutan masyarakat.

Peneliti Ahmad Fauzi mengaku khawatir bagaimana literasi masyarakat apabila generasi terpelajar pun rendah. Situasi ini jelas menjadi pekerjaan berat bagi perguruan tinggi. "Sebenarnya ini bisa diatasi dengan banyak membaca. Akan tetapi, masalahnya adalah menurut data, mahasiswa cenderung lebih suka mencari informasi di media sosial yang kebenarannya sangat diragukan,” kata Fauzi dalam keterangan pers yang diterima Republika, Ahad (10/5) malam.

Hal serupa juga diungkapkan peneliti UMM lainnya, Atok Miftachul Hudh. Menurut dia, ada begitu banyak informasi salah yang beredar di media sosial saat ini. Informasi itu dengan mudah tersebar di berbagai media seperti Whatsapp, Instagram, Twitter, dan Facebook.

Atok mengungkapkan, tim menemukan setidaknya 41 informasi berbahaya untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Puluhan informasi tersebut terbagi sebagai fake news, misleading information, hoaks, dan pseudo-science. Hal yang paling dikhawatirkan adalah saat masyarakat memercayai informasi-informasi itu dan tertanam kuat di pikiran mereka.

Saat ini masyarakat melihat banyak kejadian aneh dan mengenaskan tentang bagaimana masyarakat merespons Covid-19. "Kita takut apa yang diramalkan oleh beberapa pakar dunia itu menjadi kenyataan bahwa bisa jadi korban karena fake news hampir sama besarnya dengan korban Covid-19 itu sendiri," ujar dosen senior tersebut.

Kegiatan webinar UMM memperoleh apresiasi dengan menghadirkan 400 peserta. Para peserta berasal dari berbagai unsur seperti dosen, mahasiswa, dan guru se-Indonesia.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement