Ahad 10 May 2020 22:17 WIB

Pelanggar PSBB Tasikmalaya Didominasi Warga tak Bermasker

Pemkot Tasikmalaya terus melakukan edukasi PSBB.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Nashih Nashrullah
Pemkot Tasikmalaya terus melakukan edukasi PSBB. Sejumlah relawan yang hendak melakukan aksi sosial memaksa menerobos pos pemeriksaan petugas PSBB di Kota Tasikmalaya, Jumat (8/5).
Foto: dok. Istimewa
Pemkot Tasikmalaya terus melakukan edukasi PSBB. Sejumlah relawan yang hendak melakukan aksi sosial memaksa menerobos pos pemeriksaan petugas PSBB di Kota Tasikmalaya, Jumat (8/5).

REPUBLIKA.CO.ID,  TASIKMALAYA – Wali Kota Tasikmalaya Budi Budiman menyebut, tren pelanggaran saat pelaksanaan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) relatif berkurang dari hari ke hari. 

Namun, bukan berarti tak ada seluruh masyarakat di Kota Tasikmalaya patuh aturan selama PSBB. Menurut dia, jenis panggaran yang paling sering terjadi selama PSBB adalah warga tak mengenakan masker. 

Baca Juga

Selain itu, masih ada pengemudi kendaraan bermotor yang berboncengan.   "Kebanyakan masker dan kendaraan yang berboncengan," kata dia, Ahad (10/5).  

Kendati demikian, petugas di lapangan terus berusaha mengingatkan agar warga mematuhi aturan selama PSBB. Jika ada warga yang tak menggunakan masker, petugas akan meminta untuk kembali atau memutar arah.   

Sementara untuk sepeda motor yang berboncengan, Budi menyebut, Pemerintah Kota (Pemkot) Tasikmalaya memberikan sedikit keringanan. 

Selama yang berboncengan tinggal di satu alamat sesuai KTP,  petugas akan mengizinkan mereka. "Tapi kalau beda, kita harus turunkan satu," kata dia. 

Dia menambahkan, penerapan PSBB di Kota Tasikmalaya sudah berdampak pada kasus Covid-19. Sejak penerapan PSBB pada 6 Mei, tak ada penambahan pasien positif Covid-19.   

Namun, dia khawatir, dengan adanya kebijakan pemerintah pusat mengizinkan moda angkutan beroperasi kembali. Kebijakan itu dinilai dapat membuat kasus Covid-19 di Kota Tasikmalaya kembali meningkat.     

"Mudah-mudahan tim di lapangam tetap tegas. Karena meski angkutan beroperasi, mudik tetap tidak boleh," kata dia.  

Kendati demikian, Budi menyebut, teknis penyekatan di lapangan tak sederhana. Ketika terdapat pemudik dari zona merah, tak mungkin petugas menyuruh orang itu kembali ke daerahnya. 

Sementara, para pemudik akan selalu mencari jalan untuk kembali. "Kita tetap melarang. Tapi petugas lapangan juga harus bijaksana," kata dia. 

Dia mengingatkan, yang dibutuhkan untuk mengatasi pandemi Covid-19 adalah kesadaran kolektif. Sebab, petugas di lapangan tidak dengan jumlah warga yang ada. Jika warga tidak sadar, usaha petugas akan menjadi sia-sia.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement