Kepedulian Sosial Masyarakat Dinilai Meningkat Saat Pandemi

Red: Fernan Rahadi

Ahad 10 May 2020 18:29 WIB

Covid-19 (ilustrasi). Foto: www.freepik.com Covid-19 (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi virus corona atau Covid-19 tidak seharusnya membuat kita jadi membatasi jarak pada kepedulian sosial terhadap sekitar kita. Ibadah puasa di bulan Ramadhan dapat menjadi sarana melatih diri untuk mengendalikan hawa nafsu yang juga bertujuan memupuk kepedulian bagi sesama umat manusia.

Guru Besar bidang Psikologi Islam dari Universitas Negeri Islam (UIN) Syarif Hidayatulah Jakarta, Prof Achmad Mubarok  mengatakan di tengah pandemi Covid-19 ini masyarakat justru semakin meningkat kepedulian sosialnya. Ini sudah terbukti dengan terjadinya fenomena bagi-bagi makanan di jalan.

“Sekarang memberikan makanan kepada orang-orang menjadi telah fenomena kekinian, di pinggir jalan, di mana-mana. Hal ini bisa terjadi karena lebih kepada spontanitas masyarakat yang bangkit kepeduliannya terhadap sesana. Makanya banyak yang melakukan itu justru dari perorangan atau pribadi,” ujar Prof Achmad Mubarok di Jakarta beberapa waktu lalu.

Lebih lanjut pria kelahiran Purwokerto itu mengungkapkan bahwa selain dari perorangan, bantuan tersebut juga ada dari berbagai kelompok, organisasi maupun partai politik.

“Selain dari perorangan ada juga yang dari kelompok, seperti kemarin ada dari partai politik juga membagikan ribuan boks makanan. Jadi yang formal seperti kelompok itu segitu, tapi yang secara sosial dari pribadi-pribadi itu malah lebih banyak jumlahnya kalau di total semua,” tutur mantan anggota MPR RI periode 1999-2004 itu.

Selain itu, Prof Achmad Mubarok menjelaskan adanya bantuan swadaya dari masyarakat ini yang sebenarnya membuat daya tahan di masyarakat yang kurang mampu itu tentunya cukup untuk dapat bertahan di situasi ini untuk sementara waktu.

“Kalau pemerintah sendiri saja misalnya masih kewalahan untuk mendistribusikan bahan makanan, Misalnya bantuan ke RT yang dibutuhkan ada 100 tapi yang diterima cuma 50 boks. Itu kan bagi aparat setempat menjadi berat karena yang membutuhkan jumlahnya jauh lebih banyak. Karena itu penting sekali adanya bantuan dari kalangan masyarakat baik pribadi, organisasi maupun kelompok,” kata mantan Wakil Ketua Komisi Kajian Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Pria yang juga mantan Wakil Ketua Umum DPP Partai Demokrat itu juga menyampaikan apresiainya terhadap adanya bantuan spontanitas dari masyarakat yang muncul selama pandemi Covid-19 ini yang bahkan dilakukan tanpa harus diimbau oleh pemerintah atau pihak manapun. Karena hal ini sejatinya merupakan ciri khas masyarakat bangsa Indonesia untuk bergotong royong membantu antar sesama manusia.

“Fenomena membagi bantuan dari masyarakat ini sudah muncul tanpa adanya seruan. Saya kira seruannya mungkin justru adalah ucapan terima kasih kepada mereka. Jangan malah menganggap belum memberikan bantuan karena belum ada imbuan. Karena kepedulian sosial dari masyarakat Indonesia ini sudah cukup tinggi dan mereka sadar kalau hal itu dilakukan sendiri oleh pemerintah tentunya tidak akan sanggup. Ini juga merupakan semangat gotong royong yang dimiliki masyarakat bangsa ini," ungkapnya.