Jumat 08 May 2020 19:09 WIB

Setelah 75 Tahun Hilang di Masa Perang, Karl Cramm Temukan Jejak Sang Ayah

Karl Cramm, 83 tahun, terakhir kali melihat ayahnya ketika masih kecil.

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
privat
privat

Suatu hari di bulan Juni 2019, Karl Cramm menerima sepucuk surat. Dia masih ingat persis bagaimana dia membuka surat itu dan membacanya dengan takjub. Isinya pemberitahuan, bahwa Jenazah ayahnya ditemukan. Surat itu dikirim Kantor Arsip Jerman Bundesarchiv, yang membantu orang-orang melacak nasib anggota keluarga mereka yang dinyatakan hilang semasa perang.

Lebih 75 tahun telah berlalu sejak ayahnya, seorang prajurit Jerman, menghilang di kota Stalingrad, yang sekarang bernama Volgograd. "Ketika saya terakhir melihatnya, saya berusia lima tahun," kata Karl Cramm.

Surat terakhir yang berkaitan dengan ayahnya di front perang datang pada Januari 1943. Surat itu dikirim ibu Karl Cramm ke Stalingrad, sekitar 3000 kilometer dari tempat tinggal mereka dekat kota Braunschweig di Jerman. Surat itu dikembalikan kepada pengirim tanpa dibaca, karena tidak pernah sampai ke tangan penerimanya.

Ayah Karl Cramm direkrut tentara tahun 1939 dan langsung dikirim ke garis depan. Pada tahun 1942, serdadu muda itu menerima perintah bergerak menuju Stalingrad. Musim dingin tahun 1942-1943, pasukan Jerman mengepung kota di Uni Soviet itu, yang kemudian dikenal sebagai salah satu lokasi pertempuran paling brutal selama Perang Dunia Kedua.

Ditemukan selama proyek konstruksi

Tulang-belulang ayahnya ditemukan di sebuah lokasi proyek bangunan di Volgograd. Lokasi itu ternyata bagian dari kuburan massal bagi lebih 1.800 tentara Jerman. Bagi Karl Cramm, penemuan itu sesuatu yang ajaib.

"Kegembiraan saya luar biasa," katanya. Memang dia tidak tahu secara pasti kapan dan bagaimana ayahnya meninggal. "Tetapi saya senang bahwa saya tahu, di mana dia telah disemayamkan."

Bahwa tulang-belulang di kuburan massal itu dapat diidentifikasi sebagai ayah Karl Cramm adalah berkat tanda pengenal dari logam yang ditemukan bersama jasadnya. Setiap prajurit Jerman Ketika itu memang wajib membawa tanda pengenal semacam itu, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi mereka jika tewas di suatu tempat. Namun dalam banyak kasus, penanda ini rusak atau tidak terbaca lagi setelah puluhan tahun terkubur, atau malah hilang sama sekali.

Namun dalam kasus ayah Karl Cramm, potongan logam lonjong itu masih ada, sudah agak lapuk tapi masih dapat terbaca jelas. Namun yang tertera di sana bukan nama, melainkan nomor identitas. Jadi perlu waktu untuk mengidentfikasi penyandang nomor itu.

Mengembalikan nama orang yang mati

Tanda identitas itu kemudian dikirim ke Bundesarchiv di Berlin. Hanya di tempat ini identitas yang sebenarnya bisa terungkap, setelah pelacakan identitas oleh spesialis seperti sejarahwan Robert Balsam. Dia melacak dan mencocokkan dokumen-dokumen tua militer Jerman selama Perang Dunia Kedua, yang semuanya tersusun secara unik dan sistematis.

"Di sini ada lebih 18 juta kartu nama," kata Robert Balsam sambil menunjuk ke kotak-kotak arsip di dalam rak besar. Setiap kartu berisi informasi pribadi dan data militer seorang prajurit, termasuk nomor identifikasinya. Untuk yang didaftar sebagai "hilang", tertera juga alamat kerabatnya.

"Setiap tahun, sekitar 1.200 tentara yang dinyatakan hilang bisa diidentifikasi lagi," kata Robert Balsam. Baginya, setiap keberhasilan identifikasi adalah "momen yang benar-benar istimewa." Karena saat itulah sebuah keluarga tidak hanya mendapatkan informasi tentang kerabat mereka yang hilang tanpa jejak, tetapi juga tentang tempat di mana mereka tewas atau dimakamkan. Keluarga yang ditinggalkan jadi punya tempat untuk mengenang mereka, meletakkan karangan bunga dan menyampaikan kata-kata perpisahan. Setelah identifikasi, kata Robert Balsam, banyak orang baru bisa mengatakan, "Kini pencarian sudah berakhir, sekarang aku tahu dia di mana."

"Sebagian dari dia"

Hal ini juga dilakukan Karl Cramm. Setelah menerima surat dari Bundesarchiv, dia segera melakukan perjalanan ke Volgograd, Rusia, bersama seorang putranya. Jasad ayahnya kemudian dimakamkan di Pemakaman Perang Jerman di Rossoschka. Karl Cramm menghadiri upacara pemakamannya dan meletakkan karangan bunga putih dan foto ayahnya di atas kuburan. Dia juga membawa bunga untuk memperingati tentara Soviet yang dimakamkan di sini, sebagai tanda rekonsiliasi.

"Yang paling penting bagi saya adalah, saya bisa mendapatkan penanda identitas itu," kata Karl Cramm. "Dia membawa itu sejak awal perang hingga akhir hayatnya. Jadi itu adalah bagian dari dirinya."

Penanda identitas dari logam berbentuk lonjong itu sekarang ada di kamar tidur Karl Cramm. "Bagi saya, ini ibarat ayah saya akhirnya kembali," gumamnya. (hp/yf)

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement