Ahad 10 May 2020 05:51 WIB

Kelebihan Berat Badan Menambah Risiko Atas Virus Corona?

Benarkah Kelebihan Berat Badan Menambah Risiko Atas Virus Corona?

Red:
Lawan Corona. Ilustrasi
Foto: Republika
Lawan Corona. Ilustrasi

Sudah banyak diketahui risiko virus corona pada orang berusia lanjut dan mereka yang memiliki penyakit bawaan. Kini penelitian terbaru mengungkapkan kelebihan berat badan juga sangat berisiko terhadap COVID-19.

Penelitian yang dilakukan Pusat Pengendalian Penyakit di Amerika Serikat menyebutkan mereka yang mengalami masalah kegemukan memiliki risiko komplikasi yang lebih tinggi dari COVID-19.

Selain itu, data dari China menunjukkan pasien yang kelebihan berat badan memiliki tingkat kematian lima kali lebih besar dalam kasus COVID-19.

Sementara di Inggris, Penelitian dari Perawatan Intensif dan Audit Nasional menunjukkan hampir tiga perempat pasien yang dirawat di ICU mengalami obesitas atau kelebihan berat badan.

Menanggapi hal ini, pakar virologi di University of Queensland, Australia, Kirsty Short menjelaskan kini semakin banyak hal yang diketahui tentang penyakit ini.

"Hal ini sudah lama kami perkirakan, berdasarkan penelitian kami mengenai influenza," jelas Dr Short kepada ABC.

"Dalam kasus influenza dan penyakit pernapasan lainnya, mereka yang obesitas lebih berisiko dirawat, masuk ICU dan risiko kematian. Tidak mengejutkan jika kita mendapati yang sama dalam kasus COVID-19," jelasnya.

Adanya hubungan antara obesitas dan COVID-19 berimplikasi serius bagi negara-negara seperti Australia, di mana dua pertiga penduduk dewasa diklasifikasikan mengalami kelebihan berat badan atau obesitas.

Obesitas didefinisikan dengan indeks massa tubuh seseorang (BMI), yaitu berat badan seseorang dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badannya dalam meter (kg / m²).

Mengapa obesitas meningkatkan risiko?

 

Umumnya fungsi paru-paru orang yang kelebihan berat badan dapat mengalami penurunan.

Obesitas berat meningkatkan risiko masalah pernapasan serius yang disebut sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS), yaitu komplikasi utama dalam kasus COVID-19.

Orang yang kegemukan bisa lebih sulit bernapas karena kelebihan berat badan di sekitar perutnya.

Orang dengan obesitas juga lebih cenderung memiliki penyakit lainnya, seperti diabetes dan penyakit kelainan jantung.

Tak hanya itu, mereka dengan kelebihan berat badan juga memiliki tingkat peradangan yang lebih tinggi di dalam tubuh mereka, sehingga dapat menghambat respon imunitas dan membuatnya lebih sulit melawan coronavirus.

"Ketika virus masuk dan menginfeksi, maka peradangan tingkat rendah ini tampaknya menjadi lebih jelas," jelas Profesor Amanda Salis dari University of Western Australia.

"Hal itu dapat berkontribusi pada respon imun yang sangat kuat sebagaimana terlihat pada kasus COVID-19," katanya.

Secara praktis, akan juga lebih sulit bagi petugas medis untuk mendiagnosis dan mengobati orang dengan obesitas yang terinfeksi COVID-19.

"Salah satu perawatan yang digunakan dalam COVID-19 adalah membalikkan perut pasien, karena dapat membantu memperluas paru-paru atau mendapatkan lebih banyak oksigen ke dalam paru-paru dan darah," kata Profesor Amanda.

"Tapi akan lebih sulit bagi orang dengan indeks massa tubuh yang lebih besar," jelasnya.

 

Ubah pola makan sekarang

"Sekarang sudah sangat jelas bahwa COVID-19 merupakan penyakit yang sangat parah. Kita harus berusaha keras agar jangan sampai tertular," kata Dr Short.

Seorang ahli jantung, Aseem Malhotra, secara terpisah mengatakan faktor-faktor risiko ini diturunkan dalam beberapa minggu dengan mengadopsi diet sehat dan menghindari 'junk food'.

"Mengingat sistem kesehatan kita sudah dipenuhi pasien yang terkait dengan obesitas, sekarang waktunya untuk mengubah pola makan kita," katanya.

"Dengan dukungan kebijakan dalam aspek ketersediaan dan keterjangkauan makanan sehat, serta risiko makanan tidak sehat, perubahan nyata dalam kesehatan masyarakat bisa terlihat dalam waktu singkat," kata Malhotra.

Hal senada disampaikan Profesor Amanda, "COVID-19 telah menujukkan betapa pentingnya pencegahan obesitas dalam kesehatan masyarakat," katanya.

Ikuti perkembangan terkini soal pandemi virus corona di dunia lewat situs ABC Indonesia

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement