Jumat 08 May 2020 16:39 WIB

Menghitung Hari Akhir Perjalanan Airy

Menghitung Hari Akhir Perjalanan Airy

Rep: wartaekonomi.co.id/ Red: wartaekonomi.co.id
Menghitung Hari Akhir Perjalanan Airy. (FOTO: Airy)
Menghitung Hari Akhir Perjalanan Airy. (FOTO: Airy)

Warta Ekonomi.co.id, Jakarta

Startup agregator hotel melati, Airy, harus mengakhiri perjalanannya akibat virus Covid-19 yang menyerang industri pariwisata. Airy memutuskan akan menghentikan operasi perusahaan pada akhir Mei.

Dilansir dari Tech In Asia (8/5/2020), keputusan penghentian operasi tersebut terlihat dari surat elektronik Airy kepada mitra mereka. Surat tersebut tertulis bahwa Airy mengentikan semua kerja sama dengan mitra mereka, yang dilanjutkan dengan pemberhentian operasi Airy secara permanen.

"Kami telah melakukan upaya terbaik kami untuk mengatasi dampak dari bencana ini. Namun, mengingat penurunan teknis yang signifikan dan pengurangan sumber daya manusia yang kami miliki saat ini, kami telah memutuskan untuk menghentikan kegiatan bisnis kami secara permanen," tulis Airy dalam surat elektronik tersebut.

Baca Juga: Bisnis Terpukul Sampai PHK 70% Staf, Startup Sewa Hotel Airy Disebut Bakal Setop Bisnis di Tanah Air

"Karena alasan ini, setelah 31 Mei 2020, kami tidak dapat menyediakan layanan untuk semua mitra kami," lanjutnya.

CEO Airy Louis Alfonso Kodoatie pada Maret mengatakan bahwa perusahaan sedang putar otak dalam upaya untuk mengurangi dampak pandemi yang telah memengaruhi tingkat hunian Airy.

"Kami optimis pandemi akan segera teratasi dan industri pariwisata dapat pulih," kata Kodoatie saat itu. "Dengan teknologi dan kualitas layanan yang tepat, kami yakin bahwa Airy dapat bangkit kembali lebih cepat dan memulihkan bisnis kami seperti sebelumnya."

Namun, pada April, dilaporkan bahwa startup memberhentikan sekitar 70% stafnya.

Industri perjalanan dan perhotelan telah berjuang untuk bertahan hidup sejak pandemi Covid-19 mendorong pemerintah untuk mengeluarkan larangan bepergian di seluruh dunia.

Bergerak di bidang yang sama, OYO, yang didukung oleh SoftBank, juga melihat penurunan 50% hingga 60% dalam pendapatan dan pekerjaan, memaksa perusahaan untuk menerapkan pemotongan gaji dan cuti karyawannya.

Startup hotel hemat yang berbasis di Singapura, RedDoorz juga menawarkan cuti sementara kepada para stafnya dan memberhentikan kurang dari 10% dari total tenaga kerjanya.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement