Jumat 08 May 2020 13:46 WIB

Terdampak Covid-19, Industri Fesyen Muslim Alami Masa Sulit

IKM fesyen Muslim saat ini mengalami penurunan kapasitas produksi 60 hingga 80 persen

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nidia Zuraya
Fesyen Muslim. ilustrasi
Foto: themuslimtimes.org
Fesyen Muslim. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan, sekarang merupakan masa sulit bagi semua Industri Kecil Menengah (IKM), termasuk pelaku industri fesyen Muslim. Biasanya, memasuki Ramadhan dan lebaran, permintaan produk mereka sangat tinggi, namun kini menurun akibat Covid-19.

Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin Gati Wibawaningsih mengatakan, IKM fesyen Muslim saat ini mengalami penurunan kapasitas produksi sebesar 60 sampai 80 persen. Penjualan mereka pun menurun sekitar 70 sampai 90 persen.

Baca Juga

Sementara pelaku industri ini butuh modal untuk menggaji pegawai. Maka tak heran bila sebagian IKM telah merumahkan sementara para karyawannya.

"Kini banyak pula yang sudah alih fungsi membuat masker dan APD (Alat Pelindung Diri). Hanya saja itu hanya sesaat, kalau semua orang pakai masker dan APD, bahan baku pun akan sudah, sedangkan IKM tidak bisa membeli bahan baku dalam jumlah besar," ujar Gati dalam konferensi pers virtual pada Jumat, (8/5).

Maka, lanjutnya, pemerintah ingin memperkuat supply chain industri fashion Muslim. Terutama pada sisi produksi, komersialisasi, dan distribusi.

"Berbagai aspek ini didorong supaya barang cepat sampai ke konsumen. Lalu produk tetap diketahui masyarakat," tegas dia.

Kemenperin, sambungnya, menyiapkan sejumlah program bagi IKM terdampak Covid-19. Meliputi penumbuhan Wirausaha Baru (WUB), fasilitasi bahan baku, workshop online BCIC tentang kiat bagi IKM pada masa pandemi, serta melakukan bimbingan dan fasilitasi promosi pemasaran online di tengah pandemi.

Khusus mempromosikan produk fesyen Muslim milik IKM, kementerian menggandeng Shopee untuk meluncurkan inisiatif kampanye Beli Produk Lokal Fesyen Muslim bertema #LebaranUntukSemua. Kampanye tersebut akan dilaksanakan pada 12 sampai 19 Mei 2020 di Shopee Indonesia.

Gati berharap, program tersebut bisa meningkatkan penjualan IKM fesyen Muslim. "Kalau saya maunya (penjualan) naik 1.000 persen, tapi nanti kita lihat kemampuan IKM-nya. Paling tidak, Shopee sampaikan, kunjungan mereka meningkat 25 kali lipat sejak awal Ramadhan, ini menjanjikan," ujar dia.

Ke depannya, lanjut Gati, Kemenperin tidak hanya menggandeng Shopee, tapi juga universitas, startup, serta marketplace lain. "Kita nggak berhenti di sini saja, kasih pelatihan (ke IKM) saja tidak cukup, harus pula didampingi dan terus di-monitor. Kalau tidak didukung, tidak akan berjalan," tegasnya.

Menurut dia, di masa pandemi ini, melakukan promosi atau penjualan melalui digital terutama marketplace, merupakan cara paling efektif. Sebab, berbagai pasar offline seperti Tanah Abang tutup karena adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

"Memang (keefektifannya) perlu evaluasi lagi, tapi ini paling efektif. Kalau tidak efektif, kita nggak lakukan kampanye ini," ujar Gati.

Perlu diketahui, industri fesyen muslim yang merupakan bagian dari industri pakaian jadi memiliki kontribusi cukup besar terhadap perekonomian nasional. Kinerja ekspor industri pakaian jadi sepanjang 2019 mencapai 8,3 miliar dolar AS, kemudian pada periode Januari hingga Februari 2020 ekspor industri pakaian jadi telah mencapai angka 1,38 miliar dolar AS.

Industri pakaian jadi juga berkontribusi cukup besar terhadap Produk Domestik Bruto nasional pada 2019. Tepatnya sebesar 5,4 persen, dengan pertumbuhan sebesar 19,5 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement