Kamis 07 May 2020 08:49 WIB

Mengungkap Kaitan Sholat dan Kekayaan Jiwa Sesungguhnya

Sholat dan kekayaan jiwa mempunyai keterkaitan langsung.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Nashih Nashrullah
Sholat dan kekayaan jiwa mempunyai keterkaitan langsung. ilustrasi sholat.
Sholat dan kekayaan jiwa mempunyai keterkaitan langsung. ilustrasi sholat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Banyak dari para ulama yang menjabarkan tentang kekayaan jiwa. Yakni kekayaan yang berbentuk keistiqamahan serta konsistensi atas hal-hal yang bersih dari kepentingan nafsu negatif duniawi. Kekayaan jiwa seperti ini mengacu pada apa yang diajarkan Rasulullah SAW.

Dalam buku Menjadi Ahli Ibadah yang Kaya karya Imam Ibnu Qayyim Al Jauziyah dijelaskan, keistiqamahan dan konsistensi jiwa yang dimaksud yaitu atas perintah dan ridha Allah SWT. Manusia yang memiliki kekayaan jiwa selalu berupaya menjauhi larangan-larangan Allah.

Baca Juga

Maka kemudian, ketika keterlepasan jiwa dari semua nafsu duniawi itu dapat dihindari, itu merupakan bukti kekayaan jiwa manusia. Karena ketika jiwa tunduk dan patuh kepada perintah Allah SWT, maka seorang hamba akan dipenuhi rasa mahabbah (cinta), keimanan, serta kenikmatan jiwa.

Rasulullah SAW merupakan seorang pribadi yang memiliki kekayaan jiwa. Kesitiqamahan dan konsistensi menjalankan perintah Allah dicontohkan beliau dengan terus menjadikan ibadah bagian dari kebahagiaan tersendiri.

Dalam kitab Al-Adab terdapat hadits mengenai hal itu. Rasulullah SAW pernah bersabda: 

"يا بلالُ، أَقِمِ الصَّلاةَ، أَرِحْنا بها"

“Ya Bilal, aqimissholata, arihna biha.” 

Yang artinya: “Wahai Bilal, segera lantunkan iqamat, rilekskan kami dengan sholat,”. Hadits ini diriwayatkan Imam Abu Dawud dengan kadar hadits yang sahih.

Dalam kitab Usyrath An-Nisa, Rasulullah SAW bersabda: 

حُبّبَ إِلَيَّ مِنْ دنياكُمُ النّساءُ والطيبُ وجُعِلَتْ قرةُ عينِي في الصّلاةِ

“Hubbiba ilayya min dunyakum,  aththibu wa annisaau, wa ju’ilat qurratu ‘aini fi ash-sholati.”

Yang artinya: “Di antara dunia kalian yang aku jadikan senang kepadanya adalah perempuan dan wewangian, sedangkan kebahagiaan dan kegembiraan hatiku (qurrata ‘ain) dijadikan dalam sholat (sholat dijadikan penyenang dan penggembira hatiku).” 

Dijelaskan bahwa kata qurrata ain merupakan suatu rasa dalam tingkatan yang lebih tinggi dibandingkan rasa mahabbah (cinta). Maka, dalam hal ini perempuan dan wewangian dijadikan sebagai salah satu hal yang disenangi dan dicintai Nabi, namun masih ada kebahagiaan yang jauh lebih menggemberikan hati beliau. 

Rasulullah seolah menginformasikan bahwa qurrata ain atau kegembiraan dan kebahagiaan karena sholat dapat menghasilkan suatu kebahagiaan dalam ruang yang lebih besar lainnya. Yaitu bergembira dan berserah diri kepada Allah SWT.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement