Ramadhan di Athena Hampa Saat Corona

Rep: Febryan. A/ Red: Ani Nursalikah

Rabu 06 May 2020 18:20 WIB

Ramadhan di Athena Hampa Saat Corona Ramadhan di Athena Hampa Saat Corona

REPUBLIKA.CO.ID, ATHENA -- Ashraf (45 tahun) menunaikan sholat magrib di kediamannya di Athena, Yunani, Jumat lalu. Ia tersambung lewat video konferensi untuk sholat berjamaah. Sebuah cara beribadah yang amat berbeda baginya pada Ramadhan tahun ini. 

"Masjid Baru Athena dan semua tempat keagamaan lainnya ditutup karena virus corona. Kita tidak bisa bertemu dan berdoa bersama," kata Ashraf yang merupakan warga Mesir itu. 

Baca Juga

Pandemi virus corona Covid-19 telah memaksa pemerintah menutup tempat keagamaan di Yunani. Tujuannya agar tak terjadi penyebaran virus saat orang berkumpul. Masjid-masjid terpaksa mengadakan sholat tanpa kehadiran jamaah.

Selain tak bisa beribadah di masjid, umat Islam di Athena tahun ini juga kehilangan kehangatan Ramadhan. Sebab, tiada lagi aktivitas membaca Alquran bersama demi mencegah penularan corona. Kedai kopi atau shisa yang biasa ramai usai berbuka puasa, kini juga tiada. 

Jalanan di pusat kota Athena, kini juga terasa hampa. Tak ada lagi toko-toko yang didekorasi dengan lentera tradisional sebagaimana biasa dilakukan tiap Ramadhan sebelumnya. Aroma makanan Arab yang menusuk hidung setiap orang yang melintas juga tak lagi bisa dirasakan.

"Jika Anda berjalan di sekitar selama waktu berbuka puasa, orang-orang akan memanggil Anda dan meminta Anda bergabung dengan mereka," kata Ashraf menceritakan suasana Ramadhan biasanya di Athena. 

Tahun ini, kata dia, memang Ramadhan harus dijalani sangat berbeda dari biasanya. “Kami harus mematuhi (aturan) untuk menghentikan penyebaran virus,” katanya.

Tak hanya kegiatan publik yang membuat Ramadhan kali ini sangat berbeda bagi Ashraf. Pria yang tinggal di Yunani sejak 15 tahun lalu itu juga tak lagi bisa saling mengunjungi kerabatnya untuk berbuka bersama. 

Tapi Ashraf tak sendiri. Sekitar 660 ribu Muslim di Yunani bakal melewati Ramadhan kali ini dengan cara serupa.

Muslim lainnya yang merasakan berbedanya Ramadhan kali ini adalah Barshank Younes. Pengungsi dari Suriah yang kini bekerja sebagai penerjemah di kamp pengungsi ini tak lagi bisa mencicipi masakan tradisional Suriah yang biasa dimasak ibunya kala Ramadhan.

"Saya tidak punya keluarga di sini, jadi bagi saya, itu berbeda dan saya tidak merasa seperti di rumah," kata Barshank.

Ahmed Talal (38) juga merasakan hal yang sama walau kisahnya berbeda. Lantaran adanya pembatasan perjalanan, ia tak bisa pulang ke Mesir di mana istri dan tiga anaknya berada.

"Bagi saya, kali ini sangat sulit," ucapnya dengan nada sedih.

Sedikit beruntung, Ahmed bisa berbuka bersama dengan para tetangganya. Mereka juga merupakan warga Mesir sehingga ia bisa merasakan negeri asalnya.

Kini, Ahmed hanya berharap bisa merayakan Idul Fitri bersama keluarganya di Mesir. Harapannya itu tentu akan sangat bergantung pada perkembangan kasus Covid-19 di Yunani dan di Mesir.

Sumber: https://www.aa.com.tr/en/europe/muslims-in-athens-mark-shadow-of-ramadan-they-know/1829171