Rabu 06 May 2020 08:04 WIB

Pekerja Migran di Portugal Terdampak Parah Pandemi Covid-19

Pekerja migran di Portugal kehilangan pekerjaan untuk makan harian.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
Pemangkas rambut tengah membersihkan rumah pangkasnya di Lisbon, Portugal, Senin (4/5). Pekerja migran di Portugal terpukul selama pandemi Covid-19.
Foto: AP Photo/Armando Franca
Pemangkas rambut tengah membersihkan rumah pangkasnya di Lisbon, Portugal, Senin (4/5). Pekerja migran di Portugal terpukul selama pandemi Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, LISBON -- Fatima tengah menjalani kursus untuk para pengangguran jangka panjang di pusat pekerjaan lokalnya di Lisbon. Dia menghasilkan sekitar 10 euro per hari dengan menjual perhiasan dan pernak-pernik di kios-kios jalanan dan pusat-pusat komunitas untuk memenuhi kebutuhan hidup .

Kemudian pandemi virus corona menyerang Protugal. "Saya sangat malu berada di sini," kata Fatima saat mengambil makanan sehari-hari dari Comunidade Vida e Paz, sebuah organisasi komunitas yang mengirimkan makanan kepada yang membutuhkan setiap malam.

Baca Juga

Perempuan berusia 57 tahun tidak pernah menduga pandemi akan terjadi. Kondisi itu membuatnya benar-benar terputus dari satu-satunya jalan mendapatkan uang untuk makan hari demi hari.

Seperti puluhan ribu pekerja tidak berdokumen, migran di Portugal terpukul parah oleh wabah corona, termasuk Fatima. Mereka kekurangan kontrak dan slip gaji yang diperlukan untuk mengajukan tunjangan pengangguran dan banyak yang beralih ke badan amal untuk meminta bantuan.

Meskipun pengangguran naik 9 persen pada Maret, pengeluaran untuk tunjangan pengangguran turun 7,1 juta euro di bulan Maret 2019. Aplikasi tunjangan pengangguran turun 2,4 persen, artinya orang-orang berada jauh dari sistem yang bisa membantu.

Sebanyak 91.500 orang terdaftar sebagai pengangguran pada awal keadaan darurat Portugal hingga akhir April. Angka resmi menunjukkan total pengangguran berada di bawah 370.000 orang. Namun, jumlah sebenarnya orang yang keluar dari pekerjaan kemungkinan akan jauh lebih tinggi karena pekerja musiman dan tidak berdokumen tetap tidak terhitung.

Warga yang kehilangan atau ditangguhkan dari pekerjaan karena wabah virus korona memiliki sejumlah pilihan yang tersedia. Mereka bisa memperoleh 70 persen dari total gaji melalui skema PHK atau mengajukan tunjangan pengangguran senilai hingga 65 persen dari pendapatan rata-rata dalam satu tahun terakhir.

Langkah-langkah luar biasa untuk pekerja independen dan freelance diterapkan pada Maret untuk orang-orang yang berpenghasilan setidaknya 40 persen lebih sedikit karena pandemi atau tidak dapat bekerja karena tanggung jawab perawatan. Hanya saja, semua ini memerlukan bukti kontribusi jaminan sosial untuk setidaknya tiga dari 12 bulan terakhir. Syarat tersebut tidak dapat diberikan oleh pendatang baru dan pekerja tidak berdokumen.

Kawasan Algarve yang padat pariwisata, pengangguran melonjak 41 persen di bulan Maret. Sekitar 50.000 pekerja bergantung pada pekerjaan musiman dan seringkali tidak dikontrak, sehingga tidak memiliki catatan kerja yang memenuhi syarat untuk mendapatkan tunjangan. Juru bicara serikat pekerja Tiago Jacinto menyatakan, kelompok ini juga tidak muncul dalam angka pengangguran.

"Ada ribuan yang mengharapkan untuk mulai bekerja pada Mei, Juni dan tidak akan mendapatkan pekerjaan. Angka-angka pengangguran ini tidak menunjukkan skala sebenarnya dari masalah," kata Jacinto.

Migran dengan aplikasi yang sedang berlangsung di otoritas imigrasi diberikan hak tinggal permanen untuk memberi mereka akses ke layanan publik pada Maret. Namun, tanpa riwayat dokumen dan tidak ada pekerjaan saat bepergian, mereka juga tidak dapat mengakses pendapatan.

"Banyak orang yang datang kepada kami untuk pertama kalinya bulan ini tidak miskin," kata kepala jaringan 21 bank makanan di seluruh Portugal, Isabel Jonet.

Jonet menyatakan, tempatnya telah menerima 60.000 permintaan baru untuk dukungan sejak lockdown diberlakukan. "Keuangan mereka seimbang, dan semua indikator mengatakan ekonomi kami baik-baik saja. Namun, sekarang tidak ada yang masuk dan tidak ada yang jatuh kembali," kata Jonet.

Dana distribusi makanan darurat yang dibentuk selama tahun-tahun penghematan akan digunakan untuk membeli 90.000 keranjang makanan bagi keluarga yang terkena dampak wabah pada Mei. Bantuan itu juga akan disalurkan kepada warga terkena PHK berpenghasilan 30 persen lebih sedikit dari biasanya dan tidak mampu membeli makanan.

"Kami sedang berupaya mengubah undang-undang untuk dapat merespons orang-orang yang membutuhkannya," kata Menteri Tenaga Kerja Ana Mendes Godinho. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement