Rabu 06 May 2020 00:30 WIB

Fauci: Tak Ada Bukti Ilmiah Asal Virus Corona dari Lab Wuhan

Pakar penyakit menular Anthony Fauci menampik klaim Trump soal asal virus corona.

Rep: Puti Almas/ Red: Reiny Dwinanda
Pakar kesehatan menular Anthony Fauci menyebut tidak ada bukti ilmiah yang mendukung Presiden AS Donald Trump bahwa virus corona berasal dari laboratorium.
Foto: EPA
Pakar kesehatan menular Anthony Fauci menyebut tidak ada bukti ilmiah yang mendukung Presiden AS Donald Trump bahwa virus corona berasal dari laboratorium.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Pakar penyakit menular Amerika Serikat (AS) dr Anthony Fauci mengatakan, tidak ada bukti ilmiah yang mendukung pernyataan Presiden Donald Trump bahwa virus corona jenis baru yang menjadi pandemi saat ini berasal dari sebuah laboratorium di China. Fauci menyebutkan, virus tersebut kemungkinan berasal dari evolusi virus pada kelelawar, sebagaimana bukti ilmiah yang ada.

"Jika Anda melihat evolusi virus pada kelelawar dan apa yang ada di luar sana sekarang, (bukti ilmiah) sangatlah condong ke arah ini. Tidak mungkin secara artifisial diciptakan atau sengaja dimanipulasi,” ujar Fauci dalam sebuah wawancara dengan National Geographic, seperti dilansir The Telegraph, Senin (5/5).

Baca Juga

Fauci menuturkan segala sesuatu tentang evolusi bertahap dari waktu ke waktu sangat menunjukkan bahwa virus corona jenis baru berevolusi di alam, hingga kemudian melompat pada suatu spesies hewan. Ini bukan pertama kalinya ia mengoreksi atau menentang klaim Trump mengenai masalah-masalah kesehatan selama pandemi Covid-19.

Sebelumnya, Fauci pernah mengungkapkan ketidaksetujuannya dengan pernyataan Trump mengenai waktu yang dibutuhkan dalam pengembangan vaksin. Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa Pemerintah AS tidak memberikan bukti apapun untuk mendukung klaim Trump.

Pernyataan Trump yang menyebut sebuah laboratorium di Wuhan, China merupakan tempat virus corona jenis baru berasal dinilai spekulatif. Selain itu, menurut WHO, tak ada data yang setidaknya memberi petunjuk atas pernyataan Trump.

"Kami belum menerima data atau bukti spesifik dari pemerintah Amerika Serikat yang berkaitan dengan asal-usul virus, jadi dari sudut pandang kami, ini tetap spekulatif," jelas direktur kedaruratan WHO Michael Ryan.

Para ilmuwan meyakini virus corona jenis baru bermutasi dari hewan ke manusia. Kemungkinan paling besar yang menjadi dugaan adalah orang-orang terinfeksi setelah terpapar virus dari pasar makanan laut Huanan di Wuhan.

Di pasar itu, tidak hanya berbagai jenis makanan laut yang dijual. Terdapat juga hewan-hewan eksotik dan liar yang diperdagangkan dan diyakini sebagai sumber infeksi, salah satunya kelelawar buah.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo pada Ahad (4/5) mengatakan, ada bukti besar mendukung klaim Trump. Pernyataan ini datang meski intelijen AS pekan lalu mengatakan, masih akan terus mempelajari apakah wabah virus corona jenis baru berasal dari kontak dengan hewan yang terinfeksi atau kecelakaan laboratorium.

China telah dengan tegas membantah bahwa laboratorium adalah sumber dari virus corona jenis baru. WHO mengatakan, pihaknya bersedia menerima informasi apapun untuk menemukan asal virus. Organisasi itu menekankan bahwa ini menjadi bagian penting dalam upaya mengendalikan penyebaran virus di masa depan.

"Jika data dan bukti itu tersedia, maka pemerintah AS akan memutuskan apakah dan kapan dapat dibagikan, tetapi sulit bagi WHO untuk melakukan penyelidikan jika ada kekosongan informasi dalam hal itu," kata Ryan.

Virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) yang menyebabkan infeksi penyakit Covid-19 pertama kali ditemukan di Wuhan, Ibu Kota Provinsi Hubei, China pada Desember 2019. Sejak saat itu, virus terus menyebar secara global ke berbagai negara lainnya di dunia.

Bagi kebanyakan orang, Covid-19 hanya menimbulkan gejala ringan atau sedang, seperti demam dan batuk. Tetapi, sebagian  lainnya, terutama orang dewasa yang lebih tua dan orang-orang dengan masalah kesehatan yang telah ada sebelumnya, infeksi virus dapat menyebabkan penyakit yang lebih parah, termasuk pneumonia, bahkan kematian.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement