Selasa 05 May 2020 21:20 WIB

Eijkman Akui Pemeriksaan PCR Masih Temui Kendala

Target pemeriksaan 10 ribu sampel lewat PCR per hari masih terkendala beberapa hal.

Rep: Ali Mansur/ Red: Yudha Manggala P Putra
Petugas medis berada di ruangan laboratorium saat peresmian alat deteksi Real Time-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) di Laboratorium Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Aceh  di Desa Siron, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Kamis (16/4/2020). Penggunaan alat deteksi  Real Time-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) sesuai yang dianjurkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Aceh itu untuk mendeteksi lebih akurat Corona Virus (COVID-19)
Foto: ANTARA/Ampelsa
Petugas medis berada di ruangan laboratorium saat peresmian alat deteksi Real Time-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) di Laboratorium Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Aceh di Desa Siron, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Kamis (16/4/2020). Penggunaan alat deteksi Real Time-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) sesuai yang dianjurkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Aceh itu untuk mendeteksi lebih akurat Corona Virus (COVID-19)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemeriksaan sampel Covid-19 dengan real time Ploymerase Chain Reaction (PCR) menjadi metode unggulan saat ini untuk mendapatkan hasil akurat. Namun diakui pemeriksaan PCR di Tanah Air masih memiliki kendala, yakni belum bisa mengeluarkan hasil test yang sangat cepat. Sementara pemerintah sendiri menargetkan sebanyak 10 ribu sampel per harinya.

"PCR itu agak kompleks, karena ambil sampelnya dari swrab tenggorokan jadi tidak semua laboratorium bisa mengerjakan. Maka hanya beberapa laboratorium saja dan itu butuh waktu yang cukup lama," jelas kepala Lembaga Biologi Molekular Eijkman, Amin Soebandrio saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (5/5).

Menurut Amin Soebandrio, setidaknya PCR sendiri membutuhkan waktu sekitar empat jam. Tidak jarang butuh waktu seharian mengerjakan itu sehingga baru esok hari baru dapat diketahui hasilnya. Bila laboratoriumnya cukup besar maka semua sampel bisa dikerjakan, namun kalau tidak, baru bisa menunggu sampai besoknya.

"Jadi itu seringkali ada kelambatan bisa sampai lima hari atau tujuh hari. Kan impor kadang-kadang dari supplier-nya belum tersedia, kalau di daerah-daerah juga seringkali ada keterlambatan juga," ungkap Amin Soebandrio

Lanjut Amin Soebandrio, semestinya target 10 ribu per hari itu bisa tercapai. Apalagi, menurutnya beberapa laboratorium bisa ditargetkan mengerjakan 1.000 per harinya.

Sementara laboratorium-laboratorium lainnya dapat menggarap setidaknya 100 per hari, jika ada 40 laboratorium maka sebanyak 4000 ribu sampel dapat ditangani.

Ia juga mengakui, meski pemeriksaan PCR dinilai sebagai tes yang lebih akurat, tapi kapasitas laboratorium yang menguji sampel pasien positif terbatas.

"Mungkin labnya bisa ditambah, dan dipastikan bahwa kualitasnya bagus. Sehingga tidak terjadi kesalahan dalam membaca hasil test," terang Amin Soebandrio.

Selain itu, Amin menambahkan, laboratorium-laboratorium yang ditunjuk harus dipastikan memiliki fasilitas ruangan, peralatan dan juga sumber daya manusianya yang memang sesuai.

Kemudian, karena Indonesia terdiri dari beberapa pulau sehingga ada beberapa laboratorium yang mengalami keterlambatan. Maka untuk mengatasi hal itu, ia menegaskan harus dipastikan perencanaannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement