Selasa 05 May 2020 19:06 WIB

'Belanja Pasar Daring Cegah Penyebaran Covid-19'

Pemkot Yogyakarta harus punya alat ukur yang jelas terhadap traffic belanja daring.

Pengemudi ojek daring (ojol) mendapat pesanan belanja kebutuhan bahan makanan di pasar. Untuk mengurangi aktivitas warga pergi ke pasar, Pemerintah Kota Yogyakarta bekerja sama dengan sejumlah platform meluncurkan program belanja daring (ilustrasi).
Foto: ANTARA/MOHAMMAD AYUDHA
Pengemudi ojek daring (ojol) mendapat pesanan belanja kebutuhan bahan makanan di pasar. Untuk mengurangi aktivitas warga pergi ke pasar, Pemerintah Kota Yogyakarta bekerja sama dengan sejumlah platform meluncurkan program belanja daring (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Inisiasi Pemerintah Kota Yogyakarta yang mengadakan program layanan belanja di pasar tradisional menggunakan aplikasi bekerja sama dengan sejumlah platform memperoleh apresiasi. Dengan adanya layanan tersebut, masyarakat tak perlu ke luar rumah untuk belanja di pasar.

"Sehingga dengan membatasi masyarakat ke luar rumah untuk belanja maka penyebaran Covid-19 dapat ditekan," ujar Anggota Komisi B DPRD Kota Yogyakarta, Nurcahyo Nugroho, dalam siaran persnya, Selasa (5/5).

Saat ini, terdapat enam pasar tradisional yang sudah tergabung dalam layanan belanja daring. Di antaranya adalah Pasar Beringharjo, Pasar Kranggan, Pasar Legi Patangpuluhan, Pasar Kotagede, Pasar Sentul, dan Pasar Demangan

Namun, kata Cahyo, sejauh ini belum diketahui berapa banyak masyarakat di Kota Yogyakarta yang saat ini sudah tahu program belanja dari pasar-pasar tersebut. "Seberapa banyak yang menggunakan, seberapa efisien, dan bagaimana pertumbuhan penggunanya? Apakah benar-benar sesuai tujuan awal yaitu mengurangi keramaian dan transaksi secara online?" katanya.

 

Yang terpenting, kata dia, sebenarnya Pemkot Yogyakarta harus punya alat ukur yang jelas terhadap lalu-lintas (traffic) belanja daring yang dilakukan masyarakat melalui programnya tersebut.

"Untuk itu pemkot sebenarnya juga perlu melakukan kampanye serta sosialisasi secara kontinyu terhadap program belanja pasar daring ini agar semakin jadi pilihan masyarakat," ujar Cahyo.

Salah satu yang bisa dilakukan, sambung dia, di antaranya adalah membuat konten-konten yang menarik, serta melakukan sosialisasi dan edukasi masyarakat mengapa harus memilih belanja dengan aplikasi yang dibuat tersebut. 

"Apa benefitnya bagi masyarakat? Lebih cepat, lebih murah, lebih aman, lebih nyaman, dan seterusnya. Bisa juga menggunakan promosi lokal radius 2 kilometer  sekitar pasar, atau optimasi via WhatsApp Group (WAG) yg ada di radius tersebut.  Sebab, kalau tidak terus disosialisasikan, bagaimana masyarakat akan tahu dan akan memilih program tersebut?" katanya.

Yang tak kalah penting, fitur belanja di platform tersebut juga perlu dibikin lebih menarik, tidak lugu dan minimalis, serta mudah digunakan, ramah pengguna (user friendly) dan respons cepat (fast respons).  Sebab kalau tidak, ujar dia, masyarakat kemungkinan besar akan lebih memilih kembali datang sendiri ke pasar tradisional.

Sebelumnya, guna mencukupi kebutuhan pokok masyarakat saat pandemi Covid-19, Pemkot Yogyakarta memberikan fasilitasi transaksi daring. Hal itu untuk mengurangi aktivitas masyarakat ke pasar untuk belanja kebutuhan pokok.

"Agar masyarakat tidak berduyun-duyun berbelanja di pasar untuk memenuhi kebutuhan pokok, Pemkot Yogya memfasilitasi adanya transaksi daring atau melalui WA (WhatsApp) dan aplikasi," kata Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi, Ahad (3/5).

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement