Selasa 05 May 2020 18:46 WIB

Peneliti Ungkap Kasus Covid-19 Masuk Prancis Sejak 2019

Seorang pria Prancis terinfeksi Covid-19 sebulan sebelum kasus pertama dikonfirmasi.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
Pekerja menempelkan lingkaran tanda jarak sosial di stasiun kereta Gare du Nord di Paris, Senin (4/5).
Foto: AP/Christophe Ena
Pekerja menempelkan lingkaran tanda jarak sosial di stasiun kereta Gare du Nord di Paris, Senin (4/5).

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sebuah studi dari ilmuwan Prancis menunjukkan seorang pria terinfeksi Covid-19 pada 27 Desember 2019. Temuan itu hampir sebulan sebelum Prancis mengonfirmasi kasus pertamanya.

Peneliti Prancis yang dipimpin oleh kepala resusitasi di rumah sakit Avicenne dan Jean Verdier, Yves Cohen, menguji ulang sampel dari 24 pasien yang diobati pada Desember dan Januari. Mereka awalnya dites negatif untuk flu sebelum Covid-19 berkembang menjadi pandemi.

Baca Juga

Hasil yang diterbitkan dalam International Journal of Antimicrobial Agents menunjukkan, satu pasien yang merupakan seorang pria berusia 42 tahun terinfeksi Covid-19. Pria kelahiran Aljazair ditemukan terjangkit sebulan sebelum kasus pertama yang dilaporkan di Prancis.

Cohen mengatakan masih terlalu dini untuk mengetahui apakah pasien yang perjalanan terakhirnya ke Aljazair pada Agustus 2019 adalah "pasien nol" Prancis. "Mengidentifikasi pasien yang terinfeksi pertama adalah minat epidemiologis yang besar karena mengubah secara dramatis pengetahuan kita tentang SARS-COV-2 (virus corona baru) dan penyebarannya di negara ini," ujarnya.

Tim peneliti mengatakan tidak adanya hubungan dengan China dan kurangnya perjalanan baru-baru ini menunjukkan bahwa penyakit itu sudah menyebar di antara populasi Prancis pada akhir Desember 2019. Hasil itu pun menjadi jejak baru dalam menelusuri asal mula virus corona.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan hasil penelitian terbaru itu tidak mengejutkan. "Mungkin juga ada lebih banyak kasus awal yang ditemukan," kata juru bicara WHO, Christian Lindmeier.

Lindmeier mendorong negara-negara lain untuk memeriksa catatan kasus pada akhir 2019. Dia mengatakan, itu akan memberi dunia gambaran baru dan lebih jelas dari wabah tersebut.

Sedangkan, pakar independen yang merupakan profesor virologi molekuler di Universitas Nottingham Inggris mengatakan, temuan itu membutuhkan penyelidikan lebih lanjut. "Bukan tidak mungkin bahwa itu adalah pengantar awal, tetapi buktinya tidak konklusif dengan cara apa pun," kata Jonathan Ball.

Sedangkan ahli di Institut Riset Medis Universitas Leeds, Stephen Griffin mengatakan, hasil tersebut adalah temuan yang berpotensi penting. "Kita harus berhati-hati ketika menafsirkan temuan ini," katanya.

Profesor epidemiologi hewan dan ilmu data di Universitas Edinburgh, Rowland Kao mengatakan, bahkan jika termuan itu terkonfirmasi, identifikasi Covid-19 positif pada Desember tidak selalu merupakan indikasi penyebaran Prancis secara dini. "Jika dikonfirmasi, yang disoroti oleh kasus ini adalah kecepatan di mana infeksi yang dimulai di bagian dunia yang tampaknya terpencil dapat dengan cepat menyebarkan infeksi di tempat lain," katanya.

Prancis merupakan tempat hampir 25.000 orang meninggal akibat Covid-19 sejak 1 Maret. Negara itu mengonfirmasi tiga kasus pertamanya pada 24 Januari, termasuk dua pasien di Paris dan satu lagi di kota barat daya Bordeaux.

Saat ini banyak negara sedang mendorong investigasi tentang asal-mula virus corona. Amerika Serikat di bawah komando Presiden Donald Trump dengan lantang menyatakan virus berasal dari laboratorium di China. 

Sedangkan, China dengan tegas menolak tuduhan tersebut. Virus corona yang saat ini menginfeksi 3.663.760 orang secara global dengan jumlah kematian mencapai 252,758 jiwa diketahui muncul dari sebuah pasar hewan di Wuhan, China. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement