Selasa 05 May 2020 05:26 WIB
Islam

Media Sosial Mengubah Makna Riya dalam Pemahaman Umat Islam

Makna Riya dalam pemahaman umat Islam

Membagikan bahan pangan di tengan pandemi Corona kepada masyarakat.
Foto: M Toha Al Masyur
Membagikan bahan pangan di tengan pandemi Corona kepada masyarakat.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Dr Suryadi, Pengajar dan Peneliti di Universitas Leiden, Belanda.

Representasi Islam dalam media (sosial) di Indonesia yang semakin gencar telah menggoyang pemahaman umat tentang banyak hal yang menyangkut ajaran agama Muhammad SAW ini. Salah satunya, sebagaimana yang diamati dan dianalisa oleh Fatimah Husein dan Martin Slama dalam artikel di bawah ini (Indonesia and the Malay World, 46(134), 2018:80-93) adalah bergesernya pemahaman orang tentang RIYA.

Kini, di zaman Corona ini, lihatlah oleh engkau, membantu kawula yang berkekurangan dengan beras segantang dan dua bungkus Indomie pun harus difoto dan diberitahukan kepada orang sedunia lewat berbagai laman Facebook dan di WA group.

Bantuan sakalemeng itu harus dibungkus dengan kantong bergambar orang gagah berjas atau berkopiah licin menyandang kain Bugis. Sering biaya membuat tas/kantong itu hampir sama dengan harga bantuan yang ditaruh di dalamnya.

Publication Cover

Ada berbagai aksi dan gaya dalam memberikan bantuan dan sedekah untuk orang miskin itu: ada juga yang dengan cara dipikul, ada yang dilemparkan dari mobil mewah, ada yang dibagikan dengan cara mengumpulkan orang-orang yang terancam lapar itu.

Dan kini akhirnya, makin tampak jarak antara yang berpunya dan yang tidak berpunya, antara 'tuan' yang berkuasa dan hamba-hamba rakyat biasa. Sebagaimana ditunjukkan oleh Husein dan Slama dalam artikel ini, mediatisasi bersedekah dan membantu kawula yang semakin dipamerkan ini telah memicu perdebatan tentang konsep RIYA.

"Ka dek a lo tu nyo, biaso sae tu nyo. Urang mambantu jo kepeng yo", kata seorang Muslim ketika saya mengomentari paket bantuan yang bergambar seorang calon gubernur di kampung saya.

Kini, memang banyak orang tidak peduli lagi dengan petuah lama: "Jika tangan kanan memberi, tangan kiri jangan sampai tahu."Lah kuno tumah, ndak tapakai lai kini", celoteh seorang kawan.

Kesimpulan sederhananya, bagaimana pemahaman orang Indonesia, dalam konteks ini umat Islam Indonesia, tentang KESALEHAN (piety) dan RIYA berubah.  Maknanya telah bergeser atau mengalami dinamika karena makin ekstensifnya mediatisasi Islam dalam sosial media, termasuk dalam bersedekah atau membantu orang.

Sekarang menjadi semakin biasa orang di Indonesia memanjang foto atau video di Facebook atau Instagram-nya yang memperlihatkan atau mempertontonkan  momen ketika ia sedang memberi sedekah atau bantuan kepada orang lain. Fenomena ini makin meruyak di masa pandemi Corona ini, sebagaimana dipertontonkan oleh kebanyakan politisi dan orang-orang kaya.

Tapi saya yakin, masih ada orang yang suka membantu orang lain dan bersedekah dengan cukup diketahui oleh dia dan si penerima saja, tanpa harus menyorakkannya kepada orang sedunia di sosial media.Kini, dengan kamera handphone (HP) yang canggih yang siang malam tak lepas dari genggaman, Anda dapat melakukan apa saja.

Lalu kemanakah konsep dan pemahaman tentang RIYA bergerak dalam kepala dan dada Anda?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement