Senin 04 May 2020 21:45 WIB

Rapid Test Ulang Temukan Satu Santri Temboro Reaktif

Hasil rapid test pertama diketahui negatif.

Ilustrasi rapit test.
Foto: ANTARA/BAYU PRATAMA S
Ilustrasi rapit test.

REPUBLIKA.CO.ID,MADIUN -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Madiun, Jawa Timur, menemukan satu santri Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Fatah Temboro, Magetan, yang hasilnya reaktif pada rapid test atau tes cepat deteksi kemungkinan paparan Covid-19 yang dilakukan ulang.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Madiun Amam Santosadi Madiun, mengatakan sesuai rencana, sebanyak 94 santri Ponpes Al-Fatah Temboro asal Kabupaten Madiun akan menjalani rapid test ulang setelah pada hasil rapid test pertama diketahui negatif.

"Tahap awal dilakukan terhadap 15 santri di Puskesmas Balerejo. Hasilnya ada satu yang reaktif. Rapid test ulang akan dilanjutkan bertahap pada besok atau lusa untuk santri lainnya. Semoga saja hasilnya tetap banyak yang negatif," ujar Amam, Senin (4/5).

Pihaknya mengakui peluang ditemukan rekatif masih akan bertambah mengingat masih ada 79 santri asal Kabupaten Madiun yang belum di-rapid test ulang. Meski demikian ia berharap, hasilnya negaif.

Sesuai data, satu santri yang reaktif itu merupakan warga Desa Glonggong, Kecamatan Balerejo. Pemuda 26 tahun itu langsung diambil swab-nya untuk diuji di laboratorium di Surabaya. Selain itu, lima anggota keluarga yang tinggal serumah dengan santri bersangkutan juga diawasi.

Dinkes telah berkoordinasi dengan instansi terkait untuk melakukan penyemprotan disinfektan di lingkungan tempat tinggalnya. "Pemerintah desa setempat juga diminta meningkatkan kewaspadaan tanpa menimbulkan gejolak di masyarakat," kata dia.

Seperti diketahui, hasil pelacakan Pemkab Madiun ada 104 santri asal Kabupaten Madiun yang baru pulang dari Ponpes Temboro dan telah dilakukan rapid test pertama setelah Temboro dinyatakan sebagai zona merah penyebaran Covid-19. Dari jumlah tersebut, sebanyak 10 santri hasilnya reaktif dan 94 nonreaktif.

Dinkes kemudian mewaspadai potensi penularan dengan melakukan rapid test ulang. Hal itu karena tidak menutup kemungkinan hasil nonreaktif berubah menjadi reaktif. Kemungkinan itu sangat besar jika melihat dari masa inkubasi virus, tingkat imunitas tubuh, dan tidak diketahui secara pastinya hari pertama orang bersangkutan terinfeksi.

"Untuk 10 santri yang hasilnya reaktif pada rapid test pertama, masih menunggu hasil uji laboratoriumnya," kata Amam.

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement