Ramadhan, Bulan Melatih Diri Sendiri

Red: Hasanul Rizqa

Senin 04 May 2020 21:45 WIB

Ilustrasi Ramadhan Foto: Pixabay Ilustrasi Ramadhan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ramadhan sering disebut sebagai bulan latihan dan ujian.

Apa yang menjadi bahan ujian di bulan itu? Apa sasaran akhir yang hendak dicapai?

Baca Juga

Pertama-tama, puasa melatih dalam mengelola kehendak. Dengan berpuasa, kita melatih kehendak agar sesuai dengan kehendak Allah.

Dalam perspektif sufi, hal itu menunjuk pada ketiadaan kehendak. Yang ada hanyalah kehendak Allah semata. Kita hanyalah pelaksana kehendak-kehendak-Nya.

Konkretnya, dalam keadaan lapar dan haus pada siang hari di bulan Ramadhan. Bukankah yang paling enak kita melakukan makan dan minum?

Namun, hal itu tidak dilakukan. Sebab, kita menyadari, makan dan minum pada siang hari Ramadhan menyalahi kehendak Allah. Dia mengharuskan kita agar menahan diri dari makan dan minum.

Puasa juga melatih kita dalam persoalan ketaatan, kesabaran, dan kesungguhan kepada Allah. Bukankah karena ketaatan kita tidak berlaku curang dalam melaksanakan puasa? Kita, misalnya, tak makan atau minum secara sembunyi-sembunyi?

Dengan kesabaran dan kesungguhan, kita bersedia melalui sebulan penuh Ramadhan dengan lapar, haus, dan menjaga diri dari hal-hal yang membatalkan puasa pada siang hari. Melalui malam-malamnya dengan mengurangi jam tidur agar dapat lebih banyak beribadah kepada Allah.

Buah dari latihan dan ujian itulah yang ditegaskan Allah SWT dalam ayat 183 surah Al Baqarah, yaitu ketakwaan.

Umar bin Abdul Aziz mendefinisikan takwa sebagai meninggalkan segala yang diharamkan Allah dan menunaikan segala yang diperintahkan-Nya.

Ibn Abbas mendefinisikan takwa sebagai berhati-hati dalam ucapan dan perbuatan agar tidak mendapat murka dan siksaan Allah.

Semoga Ramadhan kali ini benar-benar menjadi bulan latihan dan ujian bagi kita semua dan memperoleh ketakwaan sebagai hasilnya. Wallahu a'lam.