Senin 04 May 2020 19:14 WIB

Produksi Cukup, Tapi Kenapa Harga Beras Masih Mahal?

Berdasarkan laporan BIN, terdapat kenaikan permintaan beras dua pekan terakhir.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Pedagang menjual beras dengan berbagai harga
Foto: Republika.co.id
Pedagang menjual beras dengan berbagai harga

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menuturkan, terdapat anomali pasar perberasan di Indonesia selama masa puncak panen raya saat ini. Anomali itu, kata dia, tidak terlepas dari dampak pandemi Covid-19.

Syahrul mengatakan, berdasarkan laporan dari Badan Intelijen Negara (BIN), terdapat kenaikan permintaan beras untuk berbagai kegiatan sosial dalam dua minggu terakhir. Ia mengatakan, volume permintaan tersebut sekitar 500 ribu ton.

Baca Juga

"Jadi ada kejutan-kejutan yang sangat anomali dan sulit diperkirakan. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi kita," kata Syarul dalam Rapat Kerja Virtual bersama Komisi IV DPR, Senin (4/5).

Syahrul mengatakan, berdasarkan perkiraan, pasokan beras pada akhir April 2020 mengalami surplus sebesar 6,35 juta ton. Adapun, rata-rata konsumsi per bulan secara nasional sebesar 2,5 juta ton. Surplus beras tersebut, kata dia, tersebar baik di Bulog, Pasar Induk Beras Cipinang, penggilingan padi, serta industri dan masyarakat.

"Ini memang membuat kita susah menghitung. Ketersediaan cukup tapi harga naik di atas (hilir). tapi kita akan tetap melakukan intervensi dengan langkah-langkah yang kita siapkan," ujarnya.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pergerakan harga gabah kering panen (GKP) di petani anjlok hingga 6,82 persen sepanjang April 2020. Penurunan tersebut melanjutkan turunnya harga GKP pada Maret 2020 yang sebesar 4,64 persen.

Kepala BPS Suhariyanto, menyatakan, dari penurunan tersebut, harga GKP di tingkat petani rata-rata dihargai Rp 4.000 per kilogram (kg), turun dari bulan sebelumnya yang sebesar Rp 4.903 per kg.

Penurunan yang sama juga terjadi di tingkat penggilingan. Harga GKP di penggilingan pada April 2020 turun 6,73 persen menjadi Rp 4.692 per kg dari bulan sebelumnya Rp 5.030 per kg. 

"Masih terdapat panen raya padi di beberapa tempat sehingga harga gabah dari petani turun," kata Suhariyanto.

Sejalan dengan penurunan harga gabah, pergerakan harga beras di tingkat penggilingan ikut menurun. BPS mencatat, di tingkat penggilingan, beras kualitas premium turun 0,64 persen menjadi Rp 10.018 per kg. Adapun kualitas medium turun 1,58 persen menjadi Rp 9.671 per kg serta beras di luar kualitas turun 0,59 persen menjadi Rp 8.989 per kg.

Adapun di tingkat konsumen, harga beras tidak ikut mengalami penurunan. Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) mencatat, beras kualitas medium I stagnan Rp 12.000 per kg dan kualitas super I ikut stagnan Rp 13.200 per kg.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement