Senin 04 May 2020 19:35 WIB

Taman Jurug Gulirkan Kembali Program Adopsi Satwa

Taman Jurug tidak menerima pemasukan akibat pandemi covid-19.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Dwi Murdaningsih
Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) di Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) Solo, Jawa Tengah, Sabtu (2/5/2020). Dokter hewan di TSTJ, Hammada Raudlowi menyebutan bahwa pihak pengelola TSTJ lebih intensif melakukan perawatan semua satwa dengan pemenuhan kebutuhan makanan dan tambahan multivitamin serta pembersihan kandang sselama status Kejadian Luar Biasa (KLB) Solo, untuk mematuhi anjuran pemerintah mencegah penyebaran COVID-19
Foto: ANTARA/Maulana Surya
Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) di Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) Solo, Jawa Tengah, Sabtu (2/5/2020). Dokter hewan di TSTJ, Hammada Raudlowi menyebutan bahwa pihak pengelola TSTJ lebih intensif melakukan perawatan semua satwa dengan pemenuhan kebutuhan makanan dan tambahan multivitamin serta pembersihan kandang sselama status Kejadian Luar Biasa (KLB) Solo, untuk mematuhi anjuran pemerintah mencegah penyebaran COVID-19

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO - Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) Solo kembali menggulirkan program adopsi satwa sebagai dampak dari pandemi Covid-19. Sejak penetapan Kejadian Luar Biasa (KLB) Corona di Solo pada pertengahan Maret 2020, Taman Jurug tidak menerima pengunjung yang berakibat tidak ada pemasukan dari tiket.

Hal itu berdampak pada ketersediaan pakan satwa. Karenanya, TSTJ menggulirkan lagi program adopsi satwa yang sudah ada sejak 2016.

Baca Juga

Direktur Perusahaan Daerah Taman Satwa Taru Jurug, Bimo Wahyu Widodo Dasir Santoso, menyatakan telah mengajukan bantuan kepada Pemkot Solo untuk pembelian pakan satwa. Kemudian, Pemkot memberikan bantuan sebesar Rp 300 juta.

Kebutuhan pakan untuk 400-an satwa di TSTJ mencapai Rp 120 juta per bulan. Artinya, bantuan tersebut hanya bisa digunakan sampai Juni 2020 dan masih nombok Rp 20 juta.

"Yang jadi masalah setelah Juni karena sama sekali sudah tidak ada anggaran. Apalagi, lebaran itu potensi kami sebenarnya bisa sampai Rp 1,6 miliar satu pekan," ucap Bimo kepada wartawan, Senin (4/5).

Melalui program adopsi satwa, masyarakat bisa membantu memberikan pakan satwa-satwa di TSTJ.

"Jadi satwanya tidak dibawa pulang, tapi dibantu untuk pakannya. Bantuannya bisa berbentuk uang atau pakan yang dibutuhkan satwa yang diadopsi," ungkapnya.

Nantinya, TSTJ akan memberi spesifikasi jenis pakan yang dibutuhkan. Misalnya, jenis pisang, ketinggian rumput gajah, dan sebagainya.

Salah satu dokter hewan TSTJ, Hammada Roudlowi mengatakan, kondisi satwa di TSTJ selama masa pandemi lebih sehat dibandingkan hari biasa. Sebab tingkat stres para satwa justru menurun ketika tidak ada pengunjung sehingga aktivitasnya meningkat.

"Dari sisi satwa kondisinya malah lebih baik dan semua sehat. Karena selama pandemi mereka tetap dirawat seperti biasa. Mulai dari pakan, multivitamin dan obat jika diperlukan," kata dia.

Bahkan daalm dua bulan terakhir beberapa satwa melahirkan, di antaranya unta, sitatunga dan rusa timur.

Sementara itu, kurator atau bagian kesejahteraan satwa TSTJ, Ontowiryo, mengatakan, perawatan satwa sama seperti hari biasa. Semua satwa tetap diberikan pakan tanpa dikurangi.

Tingkat stres satwa memang menurun karena suasana tidak terlalu ramai, tingkah lakunya lebih tenang dan makan habis terus.

Ontowiryo menambahkan mengenai puasa hewan yang disarankan Perhimpunan Kebun Binatang Se-Indonesia (PKBSI). Menurutnya, TSTJ sudah melaksanakan secara rutin dan sudah diterapkan sejak lama.

Puasa diberlakukan bagi hewan karnivora seperti singa dan harimau setiap Rabu dan Sabtu. Puasa dilakukan agar satwa tidak mengalami obesitas yang bisa mendatangkan penyakit.

"Tetapi bukan berarti tidak makan sama sekali. Yang biasanya makan 4-5 kilogram, dikurangi menjadi 1 kilogram. Sabtu ditambah tulang iga sapi untuk mengikis karang giginya," paparnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement