Ahad 03 May 2020 19:10 WIB

Bangladesh Kirim Pengungsi Rohingya ke Pulau Terpencil

Pengungsi Rohingya dikirim ke pulau terpencil bernama Bhasan Char

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Pengungsi Rohingya dikirim ke pulau terpencil bernama Bhasan Char. Ilustrasi.
Foto: AP/Suzauddin Rubel
Pengungsi Rohingya dikirim ke pulau terpencil bernama Bhasan Char. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, BHASAN CHAR -- Pengungsi Rohingya yang menghabiskan berminggu-minggu terdampar di atas kapal-kapal kecil di laut telah dikirim oleh pemerintah Bangladesh ke sebuah pulau terpencil yang tidak berpenghuni. Selain itu masih ada ratusan pengungsi lainnya berada di lautan.

Dikutip dari The Guardian, lusinan orang Rohingya mendarat di pantai Bangladesh selatan pada Sabtu (2/4). Beberapa dari pengungsi dikirim ke Bhasan Char, sebuah pulau di muara sungai Meghna Bangladesh.

Baca Juga

"Sebuah perahu kecil yang membawa 43 orang datang ke pantai hari ini," kata pejabat pemerintah Bangladesh. Tidak ada rincian berapa banyak yang telah dikirim ke Bhasan Char.

Direktur kelompok pemantau Arakan Project, Chris Lewa, mengatakan para pengungsi yang baru mendarat mungkin datang dengan perahu kecil dari satu kapal besar yang masih melaut. Perahu besar itu diyakini membawa ratusan orang lainnya.

Sedangkan ratusan pengungsi masih terlantar di setidaknya di dalam dua kapal pukat antara Bangladesh dan Malaysia. Menurut kelompok hak asasi manusia, pemerintah Asia Tenggara menggunakan virus corona sebagai alasan untuk memalingkan diri dari nasib para pengungsi.

Bangladesh saat ini telah menampung sekitar satu juta orang Rohingya yang melarikan diri dari penganiayaan di Myanmar. Pemerintah mengatakan akan menampung para pengungsi ke pulau itu yang hanya dapat diakses dengan naik perahu selama tiga jam.

Rencana pemindahan pengungsi di Bhasan Char telah banyak ditentang oleh para pengungsi Rohingya. Banyak pihak juga memperingatkan Bhasan Char rentan terhadap kenaikan permukaan laut dan gelombang badai. Terlebih lagi, relokasi pengungsi akan membuat mereka terisolasi, dengan akses terbatas ke layanan pendidikan dan kesehatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement