Ahad 03 May 2020 12:25 WIB

Puluhan Warga Rohingya Terjebak di Laut Bangladesh

Kapal kecil yang mengangkut 43 warga tiba di pantai Bangladesh.

Pengungsi Rohingya berlayar menggunakan rakit seadanya menyberangi Sungai Naf untuk mencapai wilayah Bangladesh, di Teknaf, Bangladesh, (29/11/2017).
Foto: Susana Vera/Reuters
Pengungsi Rohingya berlayar menggunakan rakit seadanya menyberangi Sungai Naf untuk mencapai wilayah Bangladesh, di Teknaf, Bangladesh, (29/11/2017).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Puluhan warga Rohingya, yang diyakini berasal dari salah satu kapal yang terjebak di laut, mendarat di pantai Bangladesh selatan pada Sabtu (2/5), menurut petugas.

"Kapal kecil yang mengangkut 43 warga tiba di pantai hari ini," kata pejabat pemerintah, yang menolak disebutkan identitasnya, seperti dilansir Reuters.

Beberapa dari mereka yang tiba dikirim ke Bhasan Char, daerah terpencil di lepas pantai, tempat otoritas sebelumnya berencana menampung warga Rohingya, katanya.

Direktur kelompok pemantau Arakan Project, Chris Lewa, mengatakan kelompok yang mendarat pada Sabtu kemungkinan datang dengan kapal kecil dari salah satu kapal yang lebih besar, yang masih berada di laut, yang diyakini membawa ratusan orang.

Ratusan warga Rohingya, anggota minoritas Muslim dari Myanmar, terlantar di sedikitnya dua kapal pemukat antara Bangladesh dan Malaysia, kata kelompok pembela HAM tersebut, saat negara Asia Tenggara itu memperketat perbatasan untuk mencegah virus corona.

Kapal lainnya, yang membawa ratusan warga Rohingya yang kelaparan dan kurus kering setelah beberapa pekan di laut, tiba di Bangladesh pada pertengahan April. Para penyintas menceritakan belasan orang meninggal di kapal.

PBB mendesak otoritas agar mengizinkan kapal-kapal itu mendarat, namun sentimen antipengungsi melonjak di Malaysia sementara pemerintah negara-negara menyatakan perbatasan ditutup sebagai langkah untuk mencegah virus corona.

WWarga Rohingya dari Myanmar dan Bangladeshselama bertahun-tahun menempuh cara untuk menyelamatkan diri dengan kapal menuju Thailand dan Malaysia, ketika kondisi laut cukup tenang antara Oktober hingga April.

Ratusan orang meninggal pada 2015 setelah tindakan keras di Thailand membuat para penyelundup meninggalkan kargo bermuatan manusia di laut.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement