Ahad 03 May 2020 00:47 WIB

Setahun Naruhito Berperan Sebagai Simbol Negara Jepang

Tugas-tugas kekaisaran Naruhito menjadi terbatas saat pandemi Covid-19.

Rep: Puti Almas/ Red: Andri Saubani
Kaisar Jepang Naruhito
Foto: Hiroko Harima/Kyodo News via AP
Kaisar Jepang Naruhito

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO — Satu tahun berlalu sejak awal era Reiwa di Jepang, yaitu saat Kaisar Naruhito resmi menaiki tahta Chrysanthemum pada 1 May 2019. Sejak saat itu, ia telah mewarisi pendekatan konsisten sang ayah, Kaisar Emeritus Akihito.

Naruhito kerap berjalan bersama dengan orang-orang, para rakyat di Jepang sebagaimana dicontohkan dalam kunjungannya ke daerah-daerah di negara itu. Di antaranya adalah warga di wilayah yang terkena bencana angin topan, memberikan orang-orang dukungan yang dibutuhkan.

Sambil menjunjung tinggi tradisi sejak naik takhta, Kaisar Naruhito juga telah menunjukkan kehadirannya yang unik melalui tugas-tugas internasional resmi. Ia nampak menggunakan pengalamannya di luar negeri saat menempuh pendidikan.

Namun, saat ini, di tengah pandemi virus corona jenis baru (Covid-19) yang melanda dunia, tidak terkecuali Jepang yang menjadi salah satu negara terdampak. Tugas-tugas kekaisaran Naruhito saat ini menjadi terbatas. Namun, ia nampaknya berusaha mengeksplorasi perannya sebagai simbol Negara dan Persatuan rakyat, sebagaimana ditetapkan bagi raja dalam Konstitusi Jepang setelah Perang Dunia II.

Pada Oktober 2019, banyak orang di Jepang terkena dampak akibat angin topan yang melanda bagian timur negara itu. Naruhito dan sang istri, Permaisuri Masako yang sedang mempersiapkan ritual menjelang acara penobatan kaisar, menyatakan niat mereka untuk mengunjungi daerah yang terkena dampak sejak awal.

Kemudian pada Desember 2019, setelah peristiwa terkait suksesi kekaisaran telah diselesaikan, pasangan kekaisaran melakukan kunjungan pertama mereka ke daerah-daerah yang dilanda bencana sejak penobatan. Mereka mengunjungi prefektur di timur laut Jepang, yaitu Miyagi dan Fukushima.

Kedua prefektur tersebut mengalami kerusakan parah saat sungai meluap karena hujan deras yang disebabkan topan. Naruhito dan Masako saat itu datang memberi dukungan dan menghibur orang-orang yang terkena dampak.

Dengan cara-cara yang mengingatkan banyak orang pada Akihito dan Permaisuri Emerita Michiko, Naruhito dan Masako terlihat kerap membungkukkan badan, sehingga wajah mereka benar-benar bertatapan langsung dengan para korban bencana saat berbicara. Ini benar-benar mirip dengan peran dari mantan pasangan kekaisaran yang memegang prinsip berjalan bersama dengan rakyat, dengan berusha berinteraksi dengan banyak orang dan mengunjungi daerah-daerah yang dilanda bencana, bahkan membayar upeti kepada orang yang tewas dalam perang di dalam dan luar negeri.

Sementara, pasangan kekaisaran saat ini memiliki banyak pengalaman internasional. Naruhito pernah menempuh pendidikan di Universitas Oxford, Inggris, sementara Masako di Universitas Harvard, Amerika Serikat (AS).

Ketika Presiden AS Donald Trump mengunjungi Jepang sebagai tamu negara bagian pertama dari era Reiwa pada Mei 2019, pasangan kekaisaran berbicara dengannya dan istrinya Melania dalam bahasa Inggris, tanpa perlu didampingi juru bahasa atau penerjemah. Trump saat itu memuji Naruhito karena memiliki kemampuan bahasa Inggris yang baik dan sempat bertanya di mana ia mempelajari bahasa itu.

Naruhito juga telah mengabdikan hidupnya untuk mempelajari masalah yang berkaitan dengan air dan pasokan sumber daya berharga. Ia telah menghadiri sejumlah konferensi internasional dan bertukar pandangan dengan para peneliti luar negeri dan pada saat yang sama mempromosikan persahabatan internasional, muncul sebagai tokoh simbol yang berhubungan dengan masalah-masalah global.

Suksesi kekaisaran karena pengunduran diri seorang kaisar, seperti yang dilakukan Akihito belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah Jepang modern. Bahkan, itu adalah yang pertama dalam sekitar 200 tahun sejak Kaisar Kokaku dari era Edo mengundurkan diri.

Awalnya ada kekhawatiran bahwa masalah otoritas ganda bisa muncul, karena kaisar baru dan lama berdiri berdampingan. Akihito, yang menjadi Kaisar Emeritus saat ini menjadi sesuatu yang baru, di mana hukum tertinggi Jepang tidak memiliki ketentuan tentang tugas dan kegiatan yang dilakukan untuk jabatan ini.

Tetapi pada kenyataannya, sejak suksesi kekaisaran yang bersejarah setahun yang lalu, Akihito dan Michiko sangat jarang tampil di hadapan publik dan masalah otoritas ganda nampaknya belum menjadi poin utama pertikaian dalam kekaisaran.

Dalam sebuah pernyataan, Shinichiro Yamamoto yang pensiun sebagai pelayan utama Badan Rumah Tangga Kekaisaran setelah suksesi kekaisaran mengungkapkan bahwa Akihito memberikan pertimbangan khusus untuk masalah otoritas ganda.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement