Sabtu 02 May 2020 20:20 WIB

Bakti Mulya 400 Peringati Hardiknas Secara Live Streaming

Institusi pendidikan yang tak mampu beradaptasi dengan teknologi akan ditinggalkan.

Seorang siswa Sekolah Bakti Mulya 400 unjuk kebolehan dalam peringatan Hardiknas yang berlangsung secara life streaming.
Foto: Dok Bakti Mulya 400
Seorang siswa Sekolah Bakti Mulya 400 unjuk kebolehan dalam peringatan Hardiknas yang berlangsung secara life streaming.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Unik. Di tengah pandemi Covid-19, peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) Sekolah Bakti Mulya 400 berlangsung secara live streaming. Kegiatan ini berlangsung pada  Sabtu  (2/5)  pukul 09.30-11.00 WIB melalui teleconference yang disiarkan channel You Tube sekolah. 

Acara diisi webinar yang menampilkan Dr Sutrisno Muslimin MSi, Ketua Palaksana Harian (KPH) Bakti Mulya 400. Tema webinar tersebut selaras dengan tema Kementerian Pendidikan Nasionan yaitu “Belajar dari Pandemi Covid 19”

Acara berlangsung dengan lancar dipandu oleh moderator, Rike Anwari  SSi, kepala SMP Bakti Mulya 400. Kegiatan diikuti oleh kurang lebih 500 peserta berasal dari unsur pengurus yayasan, guru, karyawan, orang tua siswa bahkan masyarakat luas pemerhati pendidikan. Tidak hanya praktisi dari kota Jakarta, juga hadir dari Bogor, Makassar dan Banjarmasin 

Dalam mengawali seminar Sutrisno Muslimin mengulas bahwa pandemi Covid-19, atau Coronavirus, telah mengungkapkan banyak kelemahan dalam sistem global. “Virus ini telah mampu mengisolasi kita semua di rumah. Pertanyaannya sekarang adalah: apakah akan terjadi setelah ini? Apakah akan menjadi titik balik penting dalam sejarah dunia? Atau, begitu kita melewati periode ini, kita kembali seperti semula? Tentu saja tidak, semuanya akan berbeda,” kata Sutrisno Muslimin dalam rilis yang diterima Republika.co.id.

Kenyataannya, Sutrisno menambahkan,  dunia berubah kurang dari dua minggu. Ketika manusia mengurangi aktivitasnya, alam lebih baik, udara lebih bersih dan indah. “Ada pesan moral bahwa manusia perlu lebih baik dalam memanfaatkan sumber daya alam. Agar alam juga memberikan dampak positif pada kita,” ujarnya.

Demikian pula dalam bidang pendidikan. Pembelajaran sekolah berevolusi menjadi home learning. “Pada  masa pandemi  ini menunjukkan masa transisi dimana teknologi mampu menjadi perantara yang baik utuk membuat pembelajaran menjadi lebih efektif. Bisa diramalkan institusi pendidikan, pengelola akademik, guru atau siswa yang tidak dapat beradaptasi tidak akan memiliki tempat  di masa depan,” paparnya.

Sutrisno Muslimin menekankan,  “Selama ini kita berpikir bahwa posisi guru tidak bisa digantikan oleh teknologi.  Ternyata teknologi justru menyelamatkan pendidikan dan menjadi belahan jiwanya, karena itu.  Mau tidak mau kita harus belajar.” 

Acara ini menjadi menarik karena juga menampilkan sebagian karya siswa sekolah Bakti Mulya 400 selama kegiatan home learning yang telah dilakukan sejak bulan Maret 2020. Rupanya kegiatan kegiatan home learning tidak membatasi guru dan siswa dalam berkreasi.

Belajar dari Covid 19 juga menumbuhkan empati seperti ekspresi yang ditunjukkan oleh kelompok siswa SMP Bakti Mulya 400 dengan cover lagu “Demi Raga yang Lain” .  Lagu tersebut  tercipta atas arahan guru musik, Reza Fajrin dengan siswa-siswi yaitu Munawir Hadizia Hazel Haras, Nafeesha Audrey, May Eliza Hasyati (Eliza), Mosqueiere Azhurra(Qiera), Hekhlin Putri Noviza (Hekhlin), Keisha Zahra Wibowo (Keisha), Qaniya Tsabita (Qia), Ayesha Rahmadianti Daniswara (Danis) dan Reva Zahra (Reva). Meskipun mereka menyanyi dan bermusik dari rumah masing-masing namun peasan moralnya begitu kuat untuk dukungan para tenaga medis dan dokter di medan tugas.

Siswa lain bernama Elora dari SD Bakti Mulya 400, juga menghadirkan karya musikalisasi puisi “Asa untuk Indonesia” . Karya yang merupakan kolaborasi dengan Ibu Rosa, ibundanya, menunjukkan kerja sama mutual dalam belajar di rumah. Dalam ungkapan Elora yang menyentuh menyampaikan pesan tentang harapan doa untuk Indonesia agar mampu menghadapi Covid-19 dengan daya juang untuk kemenangan.

Dalam closing stament, Sutrisno Muslimin menyampikan bahwa pandemi  adalah cobaan untuk dapat mengangkat derajat bagi mereka yang mampu mengambil hikmahnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement