Sabtu 02 May 2020 19:24 WIB

Penelitian: Pandemi Corona Bakal Bertahan 2 Tahun

sekitar 70 persen orang perlu memiliki kekebalan untuk hentikan penyebaran Covid-19

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Muhammad Akbar
Petugas medis menunjukkan sampel saat Rapid Test di Pasar Bogor, jalan Roda, Suryakencana, Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu (29/4/2020). PD Pasar Pakuan Jaya bersama Dinkes Kota Bogor melakukan Rapid Test sebanyak 300 sampel untuk pegawai dan pedagang pasar sebagai upaya antisipasi penyebaran virus Corona (COVID-19) di pasar tradisional Kota Bogor
Foto: ARIF FIRMANSYAH/ANTARA
Petugas medis menunjukkan sampel saat Rapid Test di Pasar Bogor, jalan Roda, Suryakencana, Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu (29/4/2020). PD Pasar Pakuan Jaya bersama Dinkes Kota Bogor melakukan Rapid Test sebanyak 300 sampel untuk pegawai dan pedagang pasar sebagai upaya antisipasi penyebaran virus Corona (COVID-19) di pasar tradisional Kota Bogor

REPUBLIKA.CO.ID, MINNESOTA — Sebuah laporan hasil penelitian mengingatkan adanya bahaya ketika pembatasan virus corona di seluruh dunia telah dicabut. Penelitian itu merekomendasi agar pembatasan sosial harus tetap bertahan lebih dari dua tahun ke depan.

Penelitian tersebut merupakan hasil dari studi pemodelan yang dilakukan Pusat Penelitian dan Kebijakan Penyakit Menular (CIDRAP) di Universitas Minnesota, Amerika Serikat. Di antara hasil penelitian itu mengungkap sekitar 70 persen orang perlu memiliki kekebalan untuk menghentikan penyebaran virus yang menyebabkan penyakit Covid-19 itu.

Dilansir dari laporan CBS News, Sabtu (2/5), faktor utama dalam prediksi penelitian untuk pandemi ini bertumpu pada kekebalan kelompok. Artinya, mengacu pada resistensi masyarakat luas terhadap penyebaran penyakit menular yang terjadi ketika sebagian besar orang kebal, baik melalui vaksinasi atau sudah pernah terpapar sebelumnya.

“Panjang pandemi kemungkinan akan (berlangsung) 18 hingga 24 bulan karena kekebalan kelompok secara bertahap akan berkembang dalam populasi manusia,” tulis laporan tersebut.

Dalam penelitian ini, para ahli mengamati delapan pandemi influenza utama yang berasal dari tahun 1700an serta data tentang virus corona baru untuk membantu memperkirakan bagaimana Covid-19 dapat menyebar selama beberapa bulan dan tahun mendatang.

Dari delapan pandemi flu terakhir, para ilmuwan mengatakan tujuh flu memiliki puncak substansial kedua, sekitar enam bulan setelah yang pertama terjadi. Selain itu, beberapa flu memiliki gelombang kasus yang lebih kecil selama dua tahun, setelah wabah awal muncul.

Hasil penelitian menjelaskan pencabutan pembatasan sosial bisa dilakukan jika sekitar 60 sampai 70 persen populasi sudah memiliki kekebalan. “Mengingat penularan SARS-CoV-2 (virus yang menyebabkan Covid-19), maka 60-70 persen populasi mungkin perlu kekebalan untuk mencapai ambang kritis kekebalan kelompok untuk menghentikan pandemi ini.”

Hasil lainnya menyebut diperlukan waktu untuk dapat mencapai titik kekebalan. Sayangnya, saat ini data dari hasil tes darah baru menunjukkan hanya sebagian kecil saja dari keseluruhan populasi yang telah terinfeksi.

Laporan tersebut juga menjabarkan beberapa skenario yang mungkin terjadi, termasuk skenario di mana gelombang penyakit yang lebih besar dapat terjadi pada musim gugur atau musim dingin pada 2020. Skenario lainnya, ada kemungkinan gelombang sakit yang lebih kecil, terjadi pada 2021.

Para peneliti mengatakan model itu mirip dengan pola yang terlihat pada 1918 di Spanyol. Saat itu, pandemi flu membutuhkan sejumlah langkah mitigasi pada musim gugur, dalam upaya menekan penyebaran infeksi dan mencegah sistem kesehatan.

Dua skenario lain dalam laporan itu melibatkan grafik puncak dan lembah wabah yang berulang atau gelombang penyakit yang lebih kecil selama dua tahun ke depan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement