Sabtu 02 May 2020 14:36 WIB

Cerita Para Guru Berinovasi di Tengah Pandemi Corona

Banyak daerah tidak bisa melaksanakan pembelajaran dalam jaringan (daring).

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Ratna Puspita
Ilustrasi guru. Guru  berinovasi menyampaikan materi ke murid-murid di tengah pandemi Corona.
Ilustrasi guru. Guru berinovasi menyampaikan materi ke murid-murid di tengah pandemi Corona.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hari ini 2 Mei ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional. Namun, peringatannya di tahun ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya karena tengah terjadi pandemi virus corona SARS-CoV2 (Covid-19). 

Mau tidak mau, kegiatan belajar mengajar (KBM) menjadi berubah karena murid-murid belajar di rumah. Para pendidik ini akhirnya berinovasi menyampaikan materi ke murid-murid. 

Baca Juga

Guru di salah satu sekolah dasar (SD) di Sanggau, Kalimantan Barat, Titis Kartikawati mengakui letak geografis di wilayah tempatnya mengajar menjadi salah satu kendala. Ia mengaku tidak semua daerah di Sanggau telah dijangkau jaringan internet. 

"Banyak sekali blankspot di Sanggau sehingga pembelajaran secara dalam jaringan (daring) tidak bisa dilaksanakan," ujarnya saat video conference bertema Inspirasi Para Pejuang Pendidikan pada Masa Pandemi Covid-19, di akun youtube saluran Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sabtu (2/5).

Karena itu, ia memutar otak dan bekerja sama dengan Radio Republik Indonesia (RRI) Sanggau dan Komunitas Guru belajar sebagai pengajar dan disampaikan lewat radio. Menurutnya, radio dipilih sebagai media menyampaikan materi kepada murid karena bisa menjangkau semua daerah. 

Jadi, dia menambahkan, kini program belajar di RRI bisa didengarkan selama satu jam mulai Senin hingga Jumat. Selama program, ia menyebutkan para guru bisa bergantian mengajar memberikan materi yang mereka kuasai dan tidak harus mengejar target kurikulum.

"Para guru ini bisa memberikan pembelajaran sesuai arahan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)," katanya.

Ia percaya metode pembelajaran lewat siaran radio ini tak hanya bisa menjangkau daerah-daerah tanpa jaringan internet. Upaya ini juga bisa menghemat pengeluaran orang tua. 

Sebab, dia melanjutkan, masih banyak orang tua yang bekerja sebagai buruh tani, petani sawit, hingga menjual sayur yang penghasilannya tidak menentu. "Jadi kalau harus menggunakan internet maka ini bisa menyulitkan kondisi keuangan para orang tua dengan pekerjaan itu," ujarnya.

Sementara itu, guru SD, Muntilan, Magelang, Jawa Tengah, Titik Nur Istiqomah mengungkap pembelajaran jarak jauh yang diterapkan untuk menghindari pandemi Covid-19 menjadi tantangan tersendiri. Sebab, ia menyebutkan di satu sisi pendidikan jadi sangat mengandalkan teknologi dan akhirnya tidak bisa dipisahkan antara teknologi dan pendidikan.

Padahal di sisi lain, guru juga memiliki kewajiban menjauhkan anak dari teknologi. Akhirnya, ia menyebutkan guru ditantang untuk berkreasi memajukan pendidikan dengan teknologi yang ada. 

"Jadi untuk menyampaikan pelajaran, kami menggunakan media tik tok karena anak-anak kami kan senang menggunakan media itu, jadi tidak ada salahnya menggunakan tik tok. Jadi guru harus memberikan pemahaman ke anak-anak bahwa belajar akan menjadi sesuatu yang menyenangkan," katanya.

Kendati demikian, ia meminta orang tua juga berkontribusi ikut membantu proses edukasi anak karena pemberian materi bisa berhasil selama ada kolaborasi yang baik antara guru, murid, dan orang tua. Apalagi, dia menambahkan, sekolah kini dilakukan di rumah. 

"Sementara orang tua yang ada di rumah selama 24 jam mengawasi anaknya. Jadi kita bisa bersama-sama di kondisi seperti ini," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement