Jumat 01 May 2020 19:20 WIB

Ahli Kesehatan Jepang Minta Darurat Corona Tetap Berlaku

Para ahli kesehatan meminta pemerintah Jepang tetap melakukan pembatasan ketat

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Sejumlah warga berjalan melalui distrik hiburan dekat stasiun Shibuya sebelum pemerintah memberlakukan penutupan pada jam 8malam untuk restoran dan bar di Tokyo, Jepang, Sabtu (25/4). Meskipun sudah diimbau untuk tetap tinggal di rumah karena situasi darurat Corona. Masih banyak warga yang harus pergi untuk bekerja meskipun ada resiko infeksi, sementara yang lain makan di luar, piknik di taman, dan berkerumun di toko dengan hampir tidak menerapkan pembatasan jarak sosial.
Foto: AP Photo/Kiichiro Sato
Sejumlah warga berjalan melalui distrik hiburan dekat stasiun Shibuya sebelum pemerintah memberlakukan penutupan pada jam 8malam untuk restoran dan bar di Tokyo, Jepang, Sabtu (25/4). Meskipun sudah diimbau untuk tetap tinggal di rumah karena situasi darurat Corona. Masih banyak warga yang harus pergi untuk bekerja meskipun ada resiko infeksi, sementara yang lain makan di luar, piknik di taman, dan berkerumun di toko dengan hampir tidak menerapkan pembatasan jarak sosial.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Para ahli kesehatan di Jepang meminta pemerintah untuk tetap memberlakukan kerangka kebijakan pencegahan virus corona hingga jumlah infeksi baru menurun ke tingkat tertentu. Selain itu, mereka juga mengatakan, beberapa daerah perlu menjaga pembatasan yang ketat.

Menteri Ekonomi, Yasutoshi Nishimura mengatakan, pemerintah akan mengadakan pertemuan dengan komite penasihat untuk memutuskan kebijakan selanjutnya sebelum status darurat berakhir pada 6 Mei. Media setempat melaporkan bahwa status tersebut kemungkinan akan diperpanjang satu bulan lagi. Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe beserta jajaran kabinet berkonsultasi dengan para ahli kesehatan pada Jumat (1/5) untuk menentukan langkah selanjutnya dalam penanganan virus korona.

Baca Juga

"Kami ingin berkonsultasi dengan para analis dan meminta pandangan para ahli," ujar Abe sebelum pertemuan.

Meski telah menerapkan status darurat, ada kekhawatiran bahwa penyebaran virus corona di Jepang kemungkinan masih tinggi. Tokyo mengkonfirmasi 47 kasus baru pada Rabu. Dengan demikian, jumlah kasus infeksi virus corona secara nasional mencapai 13.929 dengan 415 kematian.

Angka tersebut memang lebih rendah dibandingkan dengan jumlah kasus di Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Namun jumlah kasus infeksi virus corona di Jepang kemungkinan dapat meningkat, karena tingkat pengujiannya masih rendah. Hingga kini, Jepang telah melakukan 1,3 uji virus corona per 1.000 orang. Jumlah tersebut terbilang rendah dibandingkan dengan 12 uji virus korona per 1.000 di Korea Selatan dan 18 uji virus corona per 1.000 orang di AS.

"Jepang seharusnya bertindak lebih cepat. Jika situasi ini berlanjut untuk jangka waktu yang lebih lama, maka bukan hanya sistem kesehatan saja yang menderita namun ekonomi juga akan lebih menderita," ujar Direktur Institute of Population Health di King’s College, London, Kenji Shibuya.

Otoritas kesehatan Jepang mengatakan, mereka telah mengikuti pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terkait pengujian virus corona. Menurut otoritas kesehatan, perluasan pengujian dapat membanjiri rumah sakit yang sudah kewalahan dengan kasus-kasus ringan. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement