Puasa Intermiten dan Ramadhan, Apakah Manfaat Medisnya Sama?

Rep: Mabruroh/ Red: Nashih Nashrullah

Jumat 01 May 2020 18:58 WIB

Puasa intermiten dan puasa Ramadhan mempunya sejumlah kesamaan. Ilustrasi puasa. Foto: republika/mgrol101 Puasa intermiten dan puasa Ramadhan mempunya sejumlah kesamaan. Ilustrasi puasa.

REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH – Puasa Intermiten adalah puasa yang telah lama diparktikkan umat Muslim dan diklaim sebagai cara untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh. Puasa intermiten telah ada selama lebih dari lima dekade dan ada berbagai bentuk.  

Puasa intermiten tidak menentukan makanan apa yang harus dikonsumsi akan tetapi mengatur waktu yang tepat diperbolehkan untuk makan. Ini adalah pola makan yang siklus antara periode puasa dan makan. Metode puasa intermiten yang umum melibatkan puasa 16 jam setiap hari atau puasa selama 24 jam, dua kali per pekan.

Baca Juga

Ahli gizi klinis dan olahraga Saudi dan dosen di Universitas King Abdulaziz, Sundos Malaikah, mengatakan Muslim lanjut usia berpegang pada kebiasaan berpuasa dua kali sepekan seperti halnya sunnah Nabi SAW.

"Saya sangat menghargai fakta bahwa kita telah mempraktikkan metode puasa ini bertahun-tahun sebelum menjadi tren dan populer," kata Malaikah, dilansir dari Arab News, Jumat (1/5). 

Menurutnya, banyak generasi tua terus berpuasa sepanjang tahun karena mereka telah mendapatkan manfaat puasa itu. Banyak juga para kakek dan nenek kita yang mempraktekkan sunnah puasa Senin-Kamis, bahkan menjadi gaya hidup mereka. 

Para orang tua ini tidak tahu seperti apa manfaatnya bagi kesehatan. Mereka hanya merasakan tubuh lebih ringan dan lebih baik serta mengikutinya karena merupakan sunnah Nabi.  

Kemudian puasa Ramadhan yang juga wajib bagi umat Muslim untuk puasa selama satu bulan penuh di bulan Ramadhan. 

Mereka melakukan puasa dengan menahan diri tidak makan dan minum dimulai sejak terbit fajar hingga terbenam matahari. 

Malaikah menyebutkan, segala jenis puasa jika dilakukan dengan benar maka akan mendapatkan banyak manfaat bagi kesehatan. Karena dianggap dapat membantu mengurangi kelebihan berat badan, meningkatkan kontrol glukosa, meningkatkan sensitivitas insulin, mengurangi lemak darah, dan mengurangi risiko penyakit kronis.   

"Orang-orang biasanya mengatakan mereka merasa lebih ringan ketika mereka berpuasa karena kita memberi sistem pencernaan kita banyak waktu untuk mencerna makanan dan menghilangkan limbah," tutur Malaikah.  

Dan puasa intermiten jauh lebih mudah daripada Ramadhan karena ada sedikit kemungkinan dehidrasi. Tapi, beberapa berpendapat menyebutkan bahwa puasa selama bulan Ramadhan menunjukkan manfaat yang lebih nyata karena lebih keras.  

Hanya saja, masalahnya adalah banyak orang yang berlebihan ketika mereka sudah diperbolehkan untuk berbuka puasa. Misalnya membeli terlalu banyak makanan penutup, menyiapkan lebih banyak makanan daripada yang dibutuhkan keluarga.  

"Agar berhasil, kita harus merencanakan makanan kita, harus bergizi, memiliki cukup protein, lemak sehat, dan karbohidrat kompleks,” ujarnya.  

Menurut ahli diet klinis, Arwa Bajkhaif, puasa Ramadhan adalah puasa intermiten yang dibatasi dan hanya dilakukan Muslim dewasa selama sebulan penuh setiap tahun.

Karenannya, kata Bajkhaif, puasa Ramadhan pun memiliki manfaat yang sama bagi kesehatan jika diterapkan dengan benar. Karena yang sama dari keduanya adalah menahan tidak makan dan minum untuk jangka waktu tertentu terlepas dari bertujuan atau alasan berpuasa apakah untuk beribadah atau untuk menurunkan berat badan.   

Bajkhaif menambahkan, bahwa tidak ada jam ideal untuk puasa intermiten ketika diharapkan dapat meraih keuntungan untuk penurunan berat badan. Tetapi patut untuk dicoba. 

“Sayangnya, saat ini, tidak ada cukup bukti bagi kita untuk tidak menggeneralisasi berapa jumlah jam puasa yang ideal atau mengatakan apakah puasa intermiten adalah pengobatan berkelanjutan untuk obesitas serta jika manfaat terkait kesehatan dipertahankan untuk waktu yang lama. Tapi itu masih layak dicoba," ujarnya. 

Beberapa pendapat lain menyebutkan, bahwa puasa intermiten lebih fleksibel dibandingkan harus menghitung dengan ketat setiap jumlah kalori yang masuk ke tubuh. 

Dengan waktu makan lebih terbatas dan membakar lebih banyak kalori selama berpuasa, puasa intermiten menyebabkan penurunan berat badan. 

Dan puasa Ramadhan ini,  menurut Bajkhaif, menjadi pendekatan yang efektif untuk menurunkan berat badan serta untuk penyakit diabetes dan pencegahan penyakit lainnya.  

Bajkhaif memperingatkan bahwa puasa intermiten tidak direkomendasikan untuk anak-anak, remaja, orang-orang yang sedang dalam pengobatan yang memerlukan asupan makanan, pasien diabetes, mereka yang memiliki kelainan makan, wanita hamil dan menyusui.  

“Itu mendorong kita untuk menghindari banyak masalah sebelum terjadi. Manfaatnya sangat besar bagi kita sebagai Muslim, termasuk perasaan bagi mereka yang membutuhkan, dan mempromosikan pengendalian diri dan menghindari masalah kesehatan yang disebabkan oleh pemborosan. Agama kami juga mendesak kami untuk menjaga kesehatan kami, itu adalah salah satu berkah Tuhan bagi kami, dan ini adalah kewajiban bagi semua Muslim," tambahnya