Jumat 01 May 2020 19:24 WIB

Laba Bersih Adira Finance Tumbuh 12 Persen

Laba bersih Adira naik 12,5 persen menjadi Rp 520 miliar.

Rep: Eric Iskandarsjah Z/ Red: Dwi Murdaningsih
 Pekerja melintas berlatar belakang penyaluran kredit Adira Finance di Jakarta, Jumat (21/8).
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Pekerja melintas berlatar belakang penyaluran kredit Adira Finance di Jakarta, Jumat (21/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bisnis Adira Finance tetap tumbuh di tengah pandemi. Laba bersih Adira pada kuartal pertama 2020 mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan.

Presiden Direktur Adira Finance, Hafid Hadeli mengatakan, kinerja keuangan Adira Finance mengalami kenaikan pada kuartal pertama karena adanya pertumbuhan aset pembiayaan. Secara keseluruhan laba bersih perusahaan naik 12,5 persen menjadi Rp 520 miliar.

Baca Juga

"Sehingga rasio ROA da ROE juga mengalami kenaikan dibandingkan kuartal pertama tahun sebelumnya masing-masing menjadi 6,1 persen dan 28,5 persen," kata Hafid dalam keterangan pers kepada Republika.co.id pada Kamis (30/4).

Seluruh pencapaian itu didukung oleh kenaikan pendapatan bunga sebesar 5,5 persen secara year on year menjadi Rp 3,1 triliun, sementara biaya bunga naik 6,4 persen menjadi Rp 1,2 triliun. Pendapatan operasional naik sebesar 8,7 persen menjadi Rp 2,1 triliun dan beban operasional juga mengalami kenaikan sebesar 7,0 persen menjadi Rp 969 miliar.

Pada kuartal ini, Adira Finance mencatatkan pembiayaan baru sebesar Rp 8,4 trilliun. Angka ini turun 11 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

"Penurunan ini disebabkan melemahnya daya beli konsumen akibat dari penyebaran covid-19 serta penurunan harga komoditas seperti minyak, batu bara, dan CPO. Secara keseluruhan, penjualan segmen sepeda motor dan mobil juga mengalami penurunan atau relatif sejalan dengan penurunan industri di sepanjang kuartal I tahun 2020," ujarnya.

Meski demikian, di tengah pasar yang cukup menantang, piutang yang dikelola Adira berhasil tumbuh sebesar 4 persen menjadi Rp 54,7 triliun. Piutang sepeda motor tumbuh 7 persen menjadi Rp 26,2 triliun dibandingkan tahun sebelumnya sedangkan piutang mobil meningkat tipis sebesar 2 persen menjadi Rp 28,1 triliun.

Ia pun menekankan, saat ini memang Adira Finance tetap melakukan penyaluran pembiayaan baru walaupun disesuaikan dengan kriteria dan kondisi saat ini. Adira pun telah mengambil langkah inisiatif untuk memastikan keselamatan karyawan sekaligus tetap melanjutkan operasi bisnis.

Dari satu sisi, ia mengungkap bahwa pembiayaan sepeda motor Adira Finance pada kuartal pertama mengalami penurunan sebesar 13 persen menjadi Rp 4,1 triliun dimana segmen motor baru hanya mengalami sedikit penurunan sebesar 2 persen menjadi Rp 3,4 triliun.

Secara brand kendaraan roda dua, lanjutnya, Honda berkontribusi terbesar dengan komposisi 64 persen dari total pembiayaan sepeda motor, sementara Yamaha berkontribusi kedua terbesar dengan komposisi 29 persen dari total pembiayaan.

Untuk mobil, secara keseluruhan pembiayaan mobil baru turun sebesar 27 persen menjadi Rp 1,7 triliun. Ia menilai, hal ini terjadi karena melemahnya penjualan industri mobil disertai dengan penurunan permintaan dari segmen komoditas.

Soal non performing loan (NPL), Direktur Keuangan Adira Finance, I Dewa Made Susila mengatakan NPL Adira meningkat dari 1,7 persen menjadi 1,8 persen dari piutang yang dikelola di kuartal pertama 2020 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

"Dalam kondisi ini, manajemen akan lebih berhati-hati dan selektif dalam penyaluran pembiayaan baru. Gearing ratio pun turun menjadi 3,0x dari 3,5x di kuartal  pertama 2019, artinya garing ratio ini jauh lebih rendah dari level OJK yang diatur pada level 10x," kata Made.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement