Jumat 01 May 2020 16:29 WIB

IGI: Pandemi Covid-19 Jadi Kebangkitan Guru Milenial

Di tengah pandemi, guru milenial bangkit dan kuasai teknologi pembelajaran

Seorang anak menyimak pembelajaran yang disiarkan melalui Televisi Republik Indonesia (TVRI) di Kelurahan Gladak Anyar, Pamekasan, Jawa Timur. Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia (IGI) Muhammad Ramli Rahim mengatakan pandemi COVID-19 menjadi era kebangkitan guru milenial di Tanah Air.
Foto: ANTARA/Saiful Bahri
Seorang anak menyimak pembelajaran yang disiarkan melalui Televisi Republik Indonesia (TVRI) di Kelurahan Gladak Anyar, Pamekasan, Jawa Timur. Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia (IGI) Muhammad Ramli Rahim mengatakan pandemi COVID-19 menjadi era kebangkitan guru milenial di Tanah Air.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia (IGI) Muhammad Ramli Rahim mengatakan pandemi COVID-19 menjadi era kebangkitan guru milenial di Tanah Air.

"Banyak dari kita berpikir bahwa pandemi ini telah membuat keterpurukan di berbagai bidang. Namun kami dari IGI justru memandang bahwa adanya pandemi ini telah menjadikan bangkitnya guru-guru milenial Indonesia," ujar Ramli dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat (1/5).

Para guru milenial tersebut didominasi oleh guru-guru anggota IGI yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Dalam kondisi keterpurukan, lanjut dia, para guru milenial bangkit dan berhasil menguasai teknologi pembelajaran.

"Kami memegang prinsip bahwa teknologi tidak akan pernah menggantikan guru, tetapi guru-guru yang tidak paham teknologi suatu ketika akan digantikan oleh guru-guru yang paham dan menguasai teknologi," tutur dia.

Bahkan dalam empat tahun terakhir, IGI berhasil melatih hampir dua juta guru dengan lebih dari 1.000 pelatih dan lebih dari 100 kanal pelatihan IGI."Selama ini, kami bergerak cepat tanpa harus bergantung anggaran pemerintah baik APBD maupun APBN. Alhamdulillah ternyata saat ini apa yang kami lakukan dalam empat tahun terakhir begitu berguna pada masa-masa pandemi COVID-19," terang dia lagi.

Ramli menambahkan peringatan Hardiknas 2 Mei 2020, seolah menjadi penegasan bahwa untuk melatih guru tidak memerlukan dana yang berasal dari APBD maupun APBN. "Bahkan sebagian besar pelatihan ini dijalankan secara gratis atau tanpa menarik iuran apapun dari guru-guru Indonesia yang mengikuti pelatihan ini," kata dia lagi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement