Kamis 30 Apr 2020 20:56 WIB

Hadapi Covid-19, Seimbang Antara Ikhtiar dan Menerima Takdir

Covid-19 hendaknya disikapi secara seimbang, antara berikhtiar dan memahami takdir

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Hasanul Rizqa
ILUSTRASI: Dua orang paramedis saling membantu dalam mengenakan pakaian dan alat pelindung diri (APD) sebelum bertugas menangani pasien COVID-19 di Jakarta, Kamis (30/4).
Foto: Antara/Muhammad Iqbal
ILUSTRASI: Dua orang paramedis saling membantu dalam mengenakan pakaian dan alat pelindung diri (APD) sebelum bertugas menangani pasien COVID-19 di Jakarta, Kamis (30/4).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pandemi Covid-19 masih meliputi banyak negara di dunia saat ini. Menurut ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Syafiq Mughni, masa pandemi itu seyogianya dihadapi dengan mental yang seimbang. Keseimbangan yang dimaksud ialah, antara menerima takdir dan terus berikhtiar semampunya.

Ia menuturkan, keseimbangan antara memahami takdir dan berikhtiar dapat dipelajari dari sejarah Islam. Kira-kira 10 abad silam, ada dua golongan yang saling bertentangan dalam memahami takdir dan ikhtiar.

Baca Juga

Golongan Jabariyah percaya, takdir Allah SWT adalah sebuah kepastian absolut. Dalam arti, seorang manusia di dunia hanya bisa menjalani takdir-Nya, ketentuan yang telah ditetapkan oleh-Nya.

Adapun menurut golongan Qodariyah, manusia dapat menentukan dan memilih tindakan usaha dalam menghadapi suatu situasi. Ini pun bergantung pada kemampuan orang per orang.

Syafiq menjelaskan, bila pemahaman kedua golongan itu terus dipakai, umat manusia akan selalu terjebak pada kontroversi tak berujung. Maka dari itu, ia menekankan, keduanya perlu diseimbangkan.

"Keseimbangan takdir dan ikhtiar perlu, kepercayaan antara keduanya dapat diimplementasi dengan berbagai bentuk," kata Syafiq dalam kajian bertajuk "Takdir dan Ikhtiar dalam Pandemi Covid-19" baru-baru ini.

Ia menjelaskan, setiap Muslim hendaknya selalu berpegang teguh pada Alquran dan Sunnah. Di Muhammadiyah, tutur Syafiq, warga masyarakat diimbau terus berusaha menggali Alquran dan Sunnah secara langsung.

"Sebab, kalau kita menjadikan mazhab sebagai titik tolak, maka kita akan cenderung terjebak satu aliran pemikiran dan kemudian kita menafikan pemikiran-pemikiran yang berbeda," ujar Syafiq.

photo
Ketua PP Muhammadiyah Syafiq A. Mughni di Jakarta, Kamis (13/12) - (DOK Republika/Prayogi)

Ia berpendapat, sikap tidak putus asa dan belajar atur kehidupan lebih baik lagi merupakan pola ikhtiar yang bisa dilakukan dalam menghadapi masa pandemi Covid-19. Sebab, takdir Allah memang ada dan kita harus memilih.

"Memilih apakah kita terus mengalami masalah pandemi sekarang ini atau selesai, kalau kita ingin cepat selesaikan pandemi ini, pilihannya kita mengikuti protokol yang sudah dibuat para ahlinya," kata Syafiq.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement