Kamis 30 Apr 2020 19:35 WIB

Masjid Agung Tasik, Bergaya Eropa dengan Atap Tumpang Tiga

Masjid Agung Manonjaya Tasikmalaya, Bergaya Eropa dengan Atap Tumpang Tiga

Rep: ayobandung.com/ Red: ayobandung.com
 Masjid Agung Manonjaya Tasikmalaya, Bergaya Eropa dengan Atap Tumpang Tiga
Masjid Agung Manonjaya Tasikmalaya, Bergaya Eropa dengan Atap Tumpang Tiga

TASIKMALAYA, AYOBANDUNG.COM -- Hampir satu abad lalu, masyarakat Tasikmalaya sudah memiliki sebuah bangunan dengan arsitektur yang indah dan megah, yakni Masjid Agung Manonjaya. Masjid ini dibangun pada1832 oleh Raden Tumenggung Daruningrat atau Wiradadaha VIII.

Jika diperhatikan dengan saksama, bangunan Masjid Agung Manonjaya tampak berbeda dan unik dibandingkan dengan bangunan masjid lainnnya. Bangunan masjid ini bergaya neoklasik dengan perpaduan Sunda, Jawa, dan Eropa. Jika kubah masjid lainnya menggunakan atap kubah, Masjid Agung Manonjaya menggunakan atap tumpang tiga. 

Adaptasi neoklasik Eropa tampak di serambi masjid yang memiliki banyak tiang penyangga. Sementara gaya Eropa dilihat dari menara masjid di sisi kanan, kiri, dan dua di tengah. Menara kanan dan kiri masjid berbentuk segi delapan. Ada enam buah jendela di setiap menara. 

Di ruang utama sedikitnya terdapat 10 tiang penyangga. Tiang tersebut terdiri atas 4 tiang soko guru berbentuk segi delapan, 4 tiang penyangga atap di antara tiang soko guru, ditambah 2 tiang yang berdiri di depan mihrab.

AYO BACA : Masjid Agung Baim Yusuf Jadi Saksi Sejarah Penyebaran Islam di Purwakarta

Bukan hanya dari arsitekturnya, Masjid Agung Manonjaya juga memiliki keunikan di ruang salatnya. Ruang salat laki-laki dan perempuan terpisah. Khusus untuk perempuan (Pawastren), ruang salatnya berada di sebelah selatan tempat salat utama dengan panjang 11,4 meter dan lebar 3,8 meter. 

"Menurut saya ini bernilai sejarah. Harus dijaga dan dilindungi dengan baik, jangan sampai rusak, " kata Ilham (35) salah satu warga Manonjaya, Rabu (29/4/2020)

Keindahan Masjid Agung Manonjaya semakin lengkap dengan keberadaan alun-alun yang berada persis di bagian depan. Saat Ramadan, Masjid Agung Manonjaya sering digunakan sebagai tempat ngabuburit oleh warga.

"Kalau tidak lagi Pandemi Covid-19, biasanya ramai disini. Alun-alun jadi tempat ngabuburit warga di sini," ucap Ilham.

AYO BACA : Wajah Ramah Islam pada Masjid-masjid Bergaya Tionghoa di Kota Bandung

Karena umurnya yang sudah ratusan tahun, Masjid Agung Menonjaya tidak lepas dari renovasi. Namun, bentuk dan keaslinan bangunan tetap dilestarikan karena sudah termasuk cagar budaya.

Renovasi pertama kali dilakukan pada 1952 pada bagian atap masjid. Selain itu, awalnya masjid hanya memiliki lebar 16 x 16 meter, lalu dilakukan pelebaran menjadi 16 x 18 meter.

"Renovasi ringan juga pernah dilakukan tahun 1972 dan 1992," kata Sodikin (70) salah satu warga Manonjaya.

Renovasi besar pada Masjid Agung Manonjaya dilakukan pada 2011. Hal ini karena bangunan masjid rusak akibat gempa yang melanda Tasikmalaya pada 2009.

"Karena ketersediaan anggaran, perbaikan waktu itu memakan waktu hampir dua tahun," ucap Sodikin.

AYO BACA : Masjid Raya Alun-alun Bandung, 'Bale Nyuncung' yang Sempat Berdesain Nyunda

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ayobandung.com. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ayobandung.com.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement