Kamis 30 Apr 2020 15:14 WIB

Cara Imigran AS Saling Bantu di Tengah Pandemi

Imigran di AS membagikan kebutuhan pokok untuk keluarga sesama imigran.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Para migran menyeberangi perbatasan menuju Amerika Serikat (AS) di Tijuana, Meksiko.
Foto: AP Photo/Gregory Bull
Para migran menyeberangi perbatasan menuju Amerika Serikat (AS) di Tijuana, Meksiko.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Setiap sore Sandra Perez dan Francisco Ramírez mengunjungi warga New York, Amerika Serikat (AS) yang ada di dalam daftar mereka. Daftar itu berisi masyarakat yang membutuhkan bantuan selama pandemi virus corona.

Sebagian orang di daftar itu orang sakit atau kehilangan pekerjaan tapi memiliki anak yang perlu diberi makan. Sisanya orang lanjut usia atau difabel. Tapi mereka memiliki satu kesamaan. Seperti Perez dan Ramirez, mereka semua adalah imigran.  

Baca Juga

Dua orang teman yang sama-sama berasal dari Meksiko itu membagikan beras, kacang-kacangan, sayuran, sereal, sup dan buah-buahan dari supermarket East Harlem. Setiap harinya mereka mengirimkan bantuan kebutuhan pokok itu ke 15 keluarga.

"Ketika kami dapat membantu orang lain, saya merasa baik secara fisik maupun mental," kata Ramirez, Kamis (30/4).

Laki-laki berusia 52 tahun itu biasanya bekerja sebagai buruh konstruksi tapi sejak krisis virus corona melanda ia kesulitan mendapat pekerjaan. Perez dan Ramirez, salah satu dari semakin banyaknya orang yang membantu komunitas imigran di tengah pandemi.

Sistem bantuan pemerintah atau organisasi non-profit kerap tidak menjangkau komunitas imigran karena berbagai halangan seperti bahasa atau status imigran. Jaringan bantuan seperti Perez dan Ramirez dapat beroperasi secara informal.

Mereka dapat mengumpulkan dana melalui kampanye dari mulut ke mulut atau media sosial. Di Stamford, Connecticut, Erika Zamora membagikan makanan setelah restorannya terpaksa ditutup.

"Banyak orang yang hidup dari cek ke cek, jika Anda kehilangan cek Anda dalam masalah," kata Zamora yang juga seorang imigran dari Meksiko.

Ia berencana untuk menggalang dana dari masyarakat. Di Delaware, manager radio berbahasa Spanyol LA ZMX, Vladimir Rosales menerima banyak telepon dari imigran Guatemala, Meksiko, Salvador, Honduras dan lainnya yang meminta makanan.

Rosales merespons permintaan itu dengan mengumpulkan donasi dari toko-toko di Wilmington dan Seaford. Ia meminta sejumlah keluarga membawa kantong-kantor berisi kebutuhan pokok dari stasiun radionya.  

"Ini sangat sedih, orang-orang menelepon saya sambil menangis," kata Rosales.

Migration Policy Institute menemukan sekitar 20 persen pekerja industri AS yang rentan di PHK adalah imigran. Walaupun, jumlah tenaga kerja sipil mereka hanya 17 persen.

Berdasarkan jajak pendapat yang digelar Pew Research Center bulan Maret lalu sekitar 49 persen Hispanik yang disurvei mengatakan mereka sendiri atau kenal dengan orang yang kehilangan pekerjaan atau gajinya dipotong selama wabah virus corona. Jumlahnya jauh lebih besar dibandingkan pekerja kulit putih yang sebesar 29 persen dan kulit hitam 36 persen.

Jumlah korban meninggal akibat virus corona pada masyarakat kulit hitam dan Hispanik di New York City juga tinggi. Berdasarkan data kesehatan kota angka kematian masyarakat hitam lebih tinggi dua kali lipat dibandingkan masyarakat kulit putih. 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement