Kamis 30 Apr 2020 04:25 WIB

Newcastle Diakuisisi Arab, Citra Liga Inggris Dituding Buruk

Ini berkaitan dengan kematian Jamal Khashoggi.

Rep: Anggoro Pramudya/ Red: Gilang Akbar Prambadi
Logo Liga Primer Inggris
Foto: premierleague.com
Logo Liga Primer Inggris

REPUBLIKA.CO.ID, NEWCASTLE -- Pengambilalihan klub Newcastle United oleh konsursium asal Arab Saudi diklaim bakal merusak citra kompetisi elit Liga Primer Inggris. Ini bersambungan dengan berbagai protes datang terhadap rencana tersebut.

Secara tegas tunangan dari Jamal Khashoggi, Hatice Cengiz telah meminta Liga Primer untuk menghentikan akuisisi Newcastle United oleh Pangeran Arab Saudi, Mohammed bin Salman. Dirinya mengeklaim bahwa penyelesaian kesepakatan akan menodai sepak bola Inggris dan membuatnya terlibat dalam aksi penutupan pembunuhan jurnalis oleh kerajaan.

"Tidak diragukan lagi (andai akuisisi ditolak), ini adalah tindakan yang tepat, layak, dan sah bagi Anda CEO Liga Primer Inggris (Richard Masters) mengingat pembunuhan kejam tunangan Ms Cengiz," bunyi surat Cengiz kepada Liga Primer seperti disampaikan pengacara Rodney Dixon QC kepada sejumlah media dikutip the Guardian, Rabu (29/4).

Hatice Cengiz juga menantang apakah pengambilalihan 300 juta saham mayoritas di Newcastle oleh Dana Investasi Publik (PIF) Saudi, yang dikendalikan oleh Pangeran Mohammed bin Salman, kompatibel dengan piagam Liga Primer. 

Piagam itu melarang klub dikontrol oleh individu yang telah terlibat dalam perilaku hukum jika itu terjadi di Inggris.

"Citra, Liga Primer dan sepak bola Inggris pada umumnya akan ternoda oleh hubungan Anda dengan mereka yang melakukan kejahatan paling mengerikan dan kemudian berusaha menghapusnya, dan menggunakan sepak bola Inggris untuk pencitraan mereka dan menyembunyikan pelanggarannya," klaim pernyataan tersebut.

Di sisi lain, sikap yang sama sebelumnya juga disampaikan Amnesty International. Mereka menyoroti pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) dilakukan pemerintah Arab Saudi dan menganggap pembelian Newcastle sebagai pencitraan.

Pada Oktober 2018 lalu seorang wartawan pun jurnalis Washington Post, dinyatakan tewas dibunuh di dalam konsultan Saudi di Istanbul, Turki.

Saat itu, Khashoggi memang sedang mengurus dokumen untuk persiapan pernikahannya dengan tunangannya, seorang gadis Turki yaitu Hatice Cengiz.

Masalah kemudian muncul karena Cengiz, yang menunggu di luar konsulat dan membawa ponsel Khashoggi, tidak pernah bertemu lagi dengan tunangannya itu setelah masuk ke konsulat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement