Rabu 29 Apr 2020 19:00 WIB

Menlu Terus Dorong Akses Vaksin dan Obat Covid-19

Menlu Retno konsisten dorong akses vaksin Covid-19 bagi negara berkembang

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
Menlu Retno Marsudi konsisten dorong akses vaksin Covid-19 bagi negara berkembang. Ilustrasi.
Foto: kementerian luar negeri ri
Menlu Retno Marsudi konsisten dorong akses vaksin Covid-19 bagi negara berkembang. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi mendorong kemudahan mendapatkan vaksin dan obat-obatan bagi negara-negara berkembang dan least developed country (LDC). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kini tengah mengembangkan vaksin dan obat-obatan yang diperuntukkan bagi penanganan Covid-19. 

"Pada saat nantinya vaksin sudah selesai dikembangkan dan obat-obatan yang saat ini sedang banyak dilakukan uji klinis telah selesai, maka yang menjadi pertanyaan kita apakah semua negara memiliki akses terhadap vaksin tersebut dengan harga yang terjangkau," ujar Menlu Retno dalam konferensi pers secara virtual, Rabu (29/4).

Baca Juga

Hal tersebut selalu Retno tekankan dalam berbagai pertemuan internasional soal Covid-19. Pasalnya, rezim paten internasional menurutnya kerap tidak sesuai dengan keperluan umat manusia di seluruh dunia terutama yang berasal dari negara berkembang dan LDC.

"Diplomasi Indonesia aktif memperkuat multilatrealisme. Tujuan utama saat ini mewujudkan akses yang berkeadilan bagi negara-negara berkembang dan LDC terhadap vaksin dan obat-obatan dengan harga yang terjangkau," ujar Retno.

Indonesia akan terus mendorong pemanfaataan semua fleksibilitas dalam rezim paten internasional yang telah diatur. Indonesia juga menjajaki langkah-langkah inovatif lainnya untuk mengatasi tantangan tersebut.

Penekanan ini Retno sampaikan pada pertemuan antar menlu seperti pertemuan virtual Ministrial Coordination Group on Covid-19 (MCGC), Selasa (27/4) untuk yang ketiga kalinya. Pertemuan itu diikuti 11 Menlu dari Kanada, Jerman, Prancis, Inggris, Australia, Indonesia, Singapura, Afrika Serikat, Brasil, Turki, dan Peru.

"Tidak hanya pernyataan-pernyataan saja yang keluar, namun multilateralisme diperlukan tindak lanjut dan kerja sama konkret," tegasnya. Retno mengatakan WHO kini mempercepat pengembangan dan produksi lebih dari 120 vaksin di seluruh dunia. Sementara enam di antaranya dalam proses uji klinis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement