Rabu 29 Apr 2020 18:33 WIB

KH Syarif Rahmat: Jangan Justru Mau Jadi Pelayan Jin

KH Syarif Rahmat bertutur tentang hakikat interaksi jin dan manusia.

KH Syarif Rahmat bertutur tentang hakikat interaksi jin dan manusia. Pengasuh Pesantren Ummul Qura Pondok Cabe, KH Dr Syarif Rahmat
Foto: Dok Istimewa
KH Syarif Rahmat bertutur tentang hakikat interaksi jin dan manusia. Pengasuh Pesantren Ummul Qura Pondok Cabe, KH Dr Syarif Rahmat

REPUBLIKA.CO.ID, Pola interaksi antara jin dan manusia dalam peradaban Islam berbeda dengan apa yang berlaku pada masa sebelum kedatangan risalah ini. Menurut pengasuh Pesantren Ummul Qura Pondok Cabe, KH Dr Syarif Rahmat, Islam memperbolehkan berinteraksi dengan jin dengan syarat-syarat yang ketat.

Di antaranya larangan menghamba dan menjadi pelayan jin. “Tidak semua interaksi dengan jin itu dilarang,” katanya. Berikut perbincangan lengkap wartawan Republika.co.id, Amri Amrullah, dengan penyabet gelar doktor di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini sebagaimana dikutip dari arsip Harian Republika.   

Baca Juga

 

Alam jin, samakah dengan alam manusia?

Secara umum, alam jin itu tidak bisa dilihat oleh manusia, tetapi alam manusia bisa dilihat oleh jin. Alam jin itu juga hampir sama dengan manusia, mereka ada jin laki laki dan jin perempuan, mereka juga melakukan perkawinan, mereka pun butuh makan dan minum.

Dan mereka pun berdiam serta bertempat tinggal. Namun, rupa dan cara mereka hidup, makan dan minum, serta bertempat tinggallah yang berbeda dengan manusia.

Meski secara indra manusia biasa tidak bisa melihat bentuk dan kehidupan jin sebenarnya, memang ada beberapa keadaan manusia bisa melihat jin. Pertama, ketika jin mengerahkan energinya untuk menampakkan sosoknya dengan manusia sehingga bisa berinteraksi dengan manusia.

Kedua, karena ada perintah Allah untuk menampakkan dirinya kepada manusia, dan ketiga, karena kemampuan manusia yang mengolah kemampuan indranya untuk mampu melihat jin atau sesuatu dari makhluk gaib.

 

Meminta bantuan jin, bolehkah?

Alquran menceritakan Nabi Sulaiman yang bekerja sama dengan jin dalam surah as-Saba'. Nabi Sulaiman memperkerjakan golongan jin untuk membuat bangunan dan segala macam. Nabi Sulaiman adalah seorang manusia, yang ternyata contoh bahwa bekerja sama dengan jin tersebut ada.

Ini menunjukkan bahwa kerja sama dengan jin ada contoh yang dilakukan Nabi Sulaiman, itu pelajaran bagi manusia setelahnya. Pertanyaannya, mengapa ada pendapat yang melarang kerja sama  itu? Memang ada sebagian pendapat yang menganggap itulah mukjizat Nabi Sulaiman, tapi bukan berarti itu tidak bisa dilakukan oleh manusia kini.

Dan itu bisa terjadi bagi manusia biasa seperti Muslim yang memiliki karamah dan pengetahuan. Bahkan, ada beberapa hadis yang diriwayatkan oleh jin, meski sebagian kalangan tidak menganggap periwayat hadis adalah jin ini. Tapi, memang itu pernah ada, jadi bukan berarti kita tidak boleh sama sekali bekerja sama tolong menolong dengan jin, khususnya jin Muslim.

Karena Rasulullah sendiri dalam beberapa riwayat memang pernah berinteraksi dengan jin. Tapi, kita tidak boleh berkerja sama, tolong menolong, atau bahkan menjadi pelayan jin untuk sesuatu yang mungkar dan bertentangan dengan ajaran Islam.

 

Peradaban kuno pra-Islam memuliakan jin. Menurut Anda?

Ya, itu bisa saja karena memang jin memiliki kemampuan yang tidak bisa dimiliki manusia, dengan keterbatasan indra manusia. Jin punya kelebihan kecepatan, perubahan wujud, dan lain sebagainya. Tapi, dalam Islam ada peringatan keras agar manusia tidak meyakini jin sebagai sesuatu yang lebih dibanding Allah SWT. Umat Islam pun dilarang, kalau kita bekerja sama dengan jin, bukan untuk sesuatu yang bertentangan dengan ajaran Islam.

Seperti cenderung pada kemusyrikan dan merendahkan sifat manusia kita dengan menghamba dan bergantung kepada jin. Karena Allah dalam Alquran menjelaskan bahwa manusia adalah khalifah di muka bumi dan diciptakan oleh Allah dalam sebaik-baik bentuk dari segenap makhluk.

Selain itu, yang menjadi masalah menjadikan jin sebagai penolong adalah kecenderungan kepada kerusakan. Karena memang peradaban dahulu, sebelum datangnya Islam, jin dijadikan sarana bukan sebatas tolong menolong, melainkan juga kemusyrikan, ketergantungan, dan bahkan penyembahan. Bahkan, para tukang sihir menggunakan bantuan jin untuk mengelabui pandangan manusia.

 

Rasulullah SAW diutus juga untuk bangsa jin?

Memang benar, Rasulullah SAW itu dalam salah satu hadis sahih diutus bukan hanya untuk manusia hingga akhir zaman, melainkan juga bagi jin. Saya rasa itu jelas. Dan Rasulullah pun dalam beberapa riwayat pernah berbincang dengan jin dan memberikan dakwahnya kepada segolongan jin.

Rasul pernah melakukan pengajian di tengah kelompok jin, disaksikan Ibnu Mas'ud. Ini bukti bahwa Rasulullah SAW memang diutus bukan hanya bagi manusia, melainkan juga bagi kalangan jin.

 

Seperti apa interaksi generasi salaf dengan bangsa jin?

Dalam beberapa hal, para sahabat juga pernah berinteraksi dan tolong menolong dengan jin, tapi jin memang kadang berubah-ubah bentuknya. Kadang pernah jadi ular. Pernah sahabat  menemukan ular sedang kehausan di belantara dan mati.

Sahabat itu lantas menguburkan ular tersebut. Pada malam hari sahabat itu mendengarkan suara, “Terima kasih telah menguburkan sahabat saya”. Dan sahabat itu bertanya, “Siapa Anda?” Ia menjawab, “Saya adalah jin dan ular yang kemarin kalian kuburkan adalah sahabat saya dan jin yang pernah menemani Nabi dalam Baitur Ridwan (sumpah setia) dalam perjanjian Hudaibiyah. Kami tinggal berdua dan yang satu yang meninggal telah kalian kuburkan.”

Jadi, memang ada generasi salaf, yakni generasi sahabat dan tabiin yang berinteraksi dengan jin. Tapi, semua itu bukan merendahkan dan menjadi pelayan kepada jin tersebut. Jadi, memang ada yang perlu diberi pemahaman bahwa tidak semuanya interaksi dengan jin itu dilarang atau musyrik, ada batasan seperti yang saya sampaikan tadi.

 

 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement