Rabu 29 Apr 2020 13:11 WIB

Kementan Ungkap Tujuh Provinsi Defisit Beras

Pemerintah segera menangani defisit beras dengan mendatangkan pasokan cadangan.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Gita Amanda
Kementerian Pertanian (Kementan) mengungkapkan sebanyak delapan provinsi di Indonesia mengalami defisit beras.
Foto: Republika/Yasin Habibi
Kementerian Pertanian (Kementan) mengungkapkan sebanyak delapan provinsi di Indonesia mengalami defisit beras.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) mengungkapkan sebanyak tujuh provinsi di Indonesia mengalami defisit beras. Pemerintah segera menangani defisit beras dengan mendatangkan pasokan cadangan dari provinsi yang mengalami surplus beras agar distribusi merata.

Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan, Suwandi, mengungkapkan, tujuh provinsi yang mengalami defisit meliputi Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Kalimantan Utara, Maluku, Maluku Utara, sebagian Papua Barat, serta sebagian Papua. Situasi defisit tersebut mencerminkan ketersediaan beras berada di bawah rata-rata kebutuhan beras setempat.

Baca Juga

"Distribusi belum merata dari provinsi-provinsi yang panen sehingga yang ini memang kurang," kata Suwandi dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi IV DPR, Selasa (28/4).

Penanganan defisit beras di provinsi tersebut dilakukan dengan mengosolidasikan pasokan beras di tiga provinsi yang mengalami surplus, yakni Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Timur. Stok yang digunakan merupakan sisa stok beras nasional sebanyak 3,45 juta ton yang tersebar di pedagang, penggilingan padi, dan Perum Bulog.

"Jatim, Sulsel, dan Kaltim bisa memasok daerah-daerah merah (defisit) untuk mengaturnya," kata Suwandi.

Lebih lanjut, meski masih terdapat daerah yang mengalami defisit beras, pihaknya menjamin ketersediaan beras secara nasional masih mencukupi hingga Juni 2020. Suwandi menyampaikan, dari penghitungan Kerangka Sampel Area Badan Pusat Statistik, produksi beras periode April-Juni 2020 diperkirakan mencapai 10,58 juta ton dari total luas panen sebesar 3,83 juta hektare. Dengan ditambah sisa stok beras nasional akhir bulan Maret sebanyak 3,45 juta ton, ketersediaan beras sebanyak 14,03 juta ton.

Adapun perkiraan kebutuhan beras pada waktu yang sama mencapai 7,61 juta ton. Berdasarkan prognosis tersebut, Kementan menjamin produksi beras nasional pada akhir Juni nanti masih mengalami surplus sekitar 6,4 juta ton. "Kami yakin, bahkan lebih dari itu karena kita belum memperhitungkan stok yang ada di rumah tangga, petani, hingga hotel, restoran, maupun industri," ujarnya.

Ia mengatakan, sepanjang periode April-Juni, produksi beras tertinggi terdapat di Jawa Bawat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Lampung, Kalimantan Selatan, Sumatra Selatan, NTB, dan Banten. Adapun produksi terendah berada di Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Kalimantan Utara, Papua Barat, Maluku Utara, Bangka Belitung, dan Maluku.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement