Rabu 29 Apr 2020 04:30 WIB

Hakikat Buraq Berikut Gambarannya Menurut Alquran dan Hadits

Rasulullah SAW menggambarkan buraq dalam sejumlah haditsnya.

Rasulullah SAW menggambarkan buraq dalam sejumlah haditsnya. Ilustrasi Masjidil Haram lokasi awal Isra Miraj.
Foto: Ganoo Essa/Reuters
Rasulullah SAW menggambarkan buraq dalam sejumlah haditsnya. Ilustrasi Masjidil Haram lokasi awal Isra Miraj.

REPUBLIKA.CO.ID, Beberapa hadits dan literatur telah banyak menggambarkan buraq. Namun, yang paling menakjubkan mengenai makhluk tunggangan Nabi SAW tersebut adalah kecepatannya yang seperti kilat. Kecepatannya bahkan tidak dapat dijangkau oleh akal sehingga buraq termasuk salah satu tanda kebesaran Allah SWT.

Buraq berasal dari kata barqu yang memiliki arti 'kilat'. Namun, penggantian istilah dari barqu yang berarti 'kilat' menjadi buraq tersebut jelas mengandung pengertian yang berbeda. Jika barqu itu adalah 'kilat' maka buraq dapat diasumsikan sebagai sesuatu kendaraan yang kecepatannya di atas kilat atau sesuatu yang kecepatannya melebihi gerakan cahaya.

Istilah barqu yang berarti kilat tersebut bisa ditemukan dalam beberapa surat Alquran. Salah satunya di dalam surat al-Baqarah ayat 20 yang artinya: "Hampir saja kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali (kilat itu) menyinari, mereka berjalan di bawah (sinar) itu, dan apabila gelap menerpa mereka, mereka berhenti. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia hilangkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sungguh, Allah Kuasa atas segala sesuatu." (QS. al-Baqarah [2]: 20).

Melihat penamaan makhluk tersebut, Nabi Muhammad SAW seakan hendak menyampaikan kepada kita bahwa kendaraannya tersebut memang memiliki kecepatan di atas sinar. Suatu kendaraan dengan kecepatan yang sangat jauh meninggalkan teknologi yang ada hingga saat ini.

 

Para sarjana telah melakukan penyelidikan atau penelitian. Mereka berkesimpulan bahwa kilat atau sinar dapat bergerak sejauh 186 ribu mil atau 300 kilometer per detik. Dengan penyelidikan yang memakai sistem paralaks, diketahui pula jarak matahari dari bumi sekitar 93 juta mil, dan dilintasi oleh sinar dalam waktu delapan menit.

Menurut akal pikiran kita sehari-hari yang tetap tinggal di bumi, jarak yang demikian jauhnya tidak mungkin dapat dicapai hanya dalam beberapa saat oleh buraq. Sebab, menerobos garis tengah jagat raya saja memerlukan waktu 10 miliar tahun cahaya melalui galaksi-galaksi atau fosil-fosil jagat raya. Namun, kendati di luar nalar, peristiwa tersebut tetap harus diimani oleh umat Islam.

Terkait dengan bentuk buraq, di dalam hadits riwayat Imam Muslim yang bersumber dari sahabat Anas bin Malik diterangkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Didatangkan kepadaku buraq, yaitu hewan (dabbah) yang berwarna putih (abyadh), bertubuh panjang (thawil), lebih besar dari keledai dan lebih kecil dari bagal, dan sekali ia menjejakkan kakinya yang berkuku bergerak sejauh mata memandang." (kitab al-Jami' al-Sahih juz I, hlm 99).

Berdasarkan hadits yang diriwayatkan Anas tersebut, Rasulullah menjelaskan bahwa buraq itu adalah dabbah. Menurut penafsiran bahasa Arab, dabbah adalah suatu makhluk hidup berjasad, bisa laki-laki bisa perempuan, berakal dan juga tidak berakal. Penafsiran tersebut menunjukkan bahwa kita tidak dapat menentukan jenis kelamin hewan tersebut, seperti halnya malaikat.

Dalam hadits lain, Rasulullah SAW juga pernah bersabda, "Jibril mendatangiku dengan seekor hewan yang tingginya di atas keledai dan di bawah bagal, lalu Jibril menaikkanku di atas hewan itu kemudian bergerak bersama kami. Setiap kali naik maka kedua kakinya yang belakang sejajar dengan kedua kaki depannya, dan setiap kali turun kedua kaki depannya sejajar dengan kedua kaki belakangnya."

Berdasarkan hadits Nabi Muhammad SAW dan beberapa literatur tersebut, dapat disimpulkan bahwa buraq itu adalah seekor hewan yang warna bulunya putih, tubuhnya panjang, tingginya melebihi keledai dan lebih kecil dari bagal, telinganya bergelombang atau bergerigi, kecepatannya seperti kilat, memiliki empat kaki. Jika naik, kedua kaki belakangnya disejajarkan dengan dua kaki depannya. Jika menurun, kedua kaki depannya disejajarkan dengan kedua kaki belakangnya.

Terlepas dari kecepatan dan bentuk buraq tersebut, peristiwa Isra Mi'raj telah menunjukkan kebesaran Allah SWT kepada hamba-Nya. Hal ini seperti dijelaskan dalam surat al-Isra' ayat 1 yang artinya, "Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat."  

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement