Cahaya Lampu dan Kesunyian Ramadhan di Michigan

Rep: Febryan. A/ Red: Ani Nursalikah

Rabu 29 Apr 2020 03:45 WIB

Muslim di Michigan, AS menghias rumah mereka dengan lampu agar Ramadhan semarak di tengah Covid-19. Foto: Halal Metropolis Muslim di Michigan, AS menghias rumah mereka dengan lampu agar Ramadhan semarak di tengah Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, MICHIGAN -- Masjid-masjid kosong tanpa jamaah. Kedai-kedai roti tak lagi penuh sesak. Tiada pula kegiatan makan bersama. Hanya kesunyian yang mendekap Ramadhan tahun ini di Kota Dearborn, Michigan, Amerika Serikat.

Kota yang dikenal sebagai Kota Arab-Amerika itu terpaksa menjalani Ramadhan yang sunyi lantaran pandemi Covid-19. Pemerintah memberlakukan kebijakan pembatasan sosial dengan meminta masyarakat di rumah saja, menutup masjid, dan melarang masyarakat makan di restoran.

Baca Juga

Masa sulit biasanya melahirkan ide-ide terobosan. Berawal dari kegusaran melihat sepinya Ramadhan tahun ini, para aktivis Muslim di Dearborn akhirnya mengadakan kontes "Ramadhan Light". Sebuah kontes mendekorasi rumah dengan hiasan lampu guna memeriahkan bulan suci.

Rumah dengan hiasan terbaik nantinya akan ditetapkan sebagai pemenang. Penentuannya dilakukan berdasarkan foto rumah yang diunggah peserta ke formulir daring.

Kontes diselenggarakan oleh Halal Metropolis, sebuah kolaborasi seni dan budaya dari Universitas Michigan-Dearborn, kelompok advokasi Dewan Komunitas Muslim Michigan, dan Festival Ramadhan Suhoor. "Apa yang kami harapkan adalah dengan memberi perhatian pada lampu-lampu, kami akan bisa memberikan keceriaan dan rasa perayaan," kata Sally Howell, salah satu pendiri Halal Metropolis dan juga profesor studi Arab-Amerika di Universitas Michigan-Dearborn.

Hassan Chami, salah seorang yang ikut menyelenggarakan kontes tersebut, berharap kontes lampu itu mampu mengembalikan semangat Ramadhan pada komunitas Muslim Dearborn. "Kami akan membuatnya menjadi hal yang menyenangkan. Rencananya adalah menjaga agar semangat Ramadhan tetap tinggi dan masyarakat tetap meriah selama masa-masa sulit ini," kata Chami kepada Middle East Eye, Senin (27/4).

Walhasil, kini sejumlah rumah di Dearborn sudah berbenah. Tampak rumah mereka mulai dihias dengan berbagai macam lampu. Mulai dari yang digantungkan hingga lampu yang hanya cahayanya diarahkan ke dinding. Rumah-rumah mereka kini terang dan penuh warna. Semarak.

Ketua Komisi Kecantikan Kota Dearborn, Kimberly Ismail, mengaku sangat gembira dengan adanya kontes ini. Ia berharap lebih banyak lagi rumah yang akan ikut serta. 

"Kontes ini akan membuat lebih banyak orang mendekorasi rumahnya dan menunjukkan kehadiran Ramadhan sedikit lebih muncul dari biasanya, yang mana akan baik karena kita membutuhkan itu," kata Ismail.

Presiden Dewan Kota Dearborn, Susan Dabaja, yang merupakan salah satu juri kontes Ramadhan Lights, menyoroti aspek positif dari kondisi Ramadhan tahun ini di tengah pandemi. Yakni dengan berdiam diri di rumah akan memberikan kita lebih banyak waktu untuk lebih dekat dengan Tuhan.

"Meningkatkan kesadaran spiritual diri serta waktu berdoa untuk lebih baik dan lebih sehat bagi seluruh umat manusia," katanya. 

Howell yang juga merupakan sejarawan menambahkan kultur Ramadhan telah membuat kota Dearborn semakin bergeliat dalam beberapa tahun terakhir. Namun demikian, Dearborn juga makin gencar jadi target kampanye anti-Muslim yang tak berbasiskan fakta seperti tuduhan penerapan aturan syariah oleh pengguna internet sayap kanan. 

Howell dengan tegas membela. Ia menegaskan identitas Muslim di Amerika yang bangga, percaya diri, bergaul, dan tidak malu-malu. 

"Kita berada di sini. Ini adalah komunitas kita. Ini adalah kota kita. Kita juga orang Amerika. Apa yang lebih Amerika daripada lampu liburan untuk menghias rumahmu,” ucapnya.