Selasa 28 Apr 2020 21:36 WIB

Ketua Komnas Flu Burung Ungkap 12 Kunci Mengatasi Pandemi

Harus punya penanganan yang lebih sistematik ke depan.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Muhammad Fakhruddin
Ilustrasi virus corona masuk Indonesia
Foto: MgIT03
Ilustrasi virus corona masuk Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketua Komisi Nasional Flu Burung 2006-2010, Bayu Krishnamurti, menyebutkan, ada 12 poin kunci untuk mengatasi Covid-19 dengan komprehensif berdasarkan pengalaman terdahulu. Salah satunya, ialah penanganan yang bukan hanya fokus pada kesehatan saja, tetapi juga sosial, ekonomi, dan politik.

"Betul kesehatan adalah core-nya, tapi itu bersama-sama dengan sosial, ekonomi, dan politiknya. Jadi kalau ada update hari ini itu bukan hanya kesehatannya saja, tapi juga berapa yang menganggur, solusinya bagaimana, berapa yang harus sampai ke luar rumah, bagaimana mereka harus ditampung, dan seterusnya," jelas Bayu dalam diskusi dalam jaringan, Selasa (28/4).

Penanganan semua itu harus dilakukan secara komprehensif dan menyeluruh. Menurut dia, jika sudah terjadi krisis kesehatan, maka akan masuk ke krisis ekonomi, sosial, politik, hingga keamanan. Ia mengatakan, yang benar dirasakan saat ini di tengah masyarakat ialah aspek non kesehatan tersebut di samping memang adanya krisis kesehatan yang terjadi.

"Dari segi komunikasi publik, yang disampaikan hanya segi kesehatannya saja. Setiap hari selalu ada update. Tapi kalau lihat di medsos tiap hari orang-orang nggak ngikuti lagi karena tinggal rekapnya saja. Betul kesehatan itu core-nya, intinya. Tapi, yang hari-hari dihadapi masyarakat itu yang non kesehatan itu," jelas dia.

 

Kunci berikutnya, ialah adanya ketegasan dan kesatuan komando penanganan Covid-19 ini. Kesatuan komando yang Bayu maksud bukan berarti struktur pengorganisasiannya terkomando, melainkan langkah-langkah yang diambil dalam menangani pandemi ini haruslah tersinkron dengan baik.

Kemudian, perlu adanya komunikasi yang terbuka serta terkelola dengan masyarakat. Ia menjelaskan, saat ini tak sedikit masyarakat yang bertanya-tanya dan mereka membutuhkan informasi yang bisa mereka percayai di tengah banyaknya informasi yang berlalu-lalang.

"Kalau kita tidak mengisi ruang informasi publik itu, maka yang ada adalah kebingungan dan akhirnya mengambil langkah sendiri-sendiri yang nanti malah justru jadi kontraproduktif," katanya.

Bayu mengaku belum lama ini membaca laporan dari Australia dan Inggris yang menyatakan, ada sesuatu di bawah permukaan yang telah bergerak dengan sangat cepat dan luar biasa dalam menangani Covid-19 di Indonesia. Hal itu berupa solidaritas sosial masyarakat. Menurutnya, itu merupakan modal sosial masyarakat yang kuat.

"Betapa cepatnya kita mengumpulkan donasi kemudian bergerak membantu kiri-kanan menyediakan makanan. Di pintu depan rumah disediakan air dan sabun. Itu menurut saya sebuah potensi yang sangat luar biasa. That is the modern gotong royong yang seharusnya didayagunakan," tutur dia.

Kunci selanjutnya ialah menjaga ketersediaan pangan hingga ke tingkat daerah. Jika pangan terancam, maka akan berdampak ke potensi ancaman keamanan. Karena itu, kata dia, pangan harus benar-benar diamankan dengan baik dan tidak boleh tidak dilaksanakan.

"Urusannya sekarang adalah logistik, ini kunci berikutnya. Kalau ingin menjaga pangan, logistikya harus benar-benar dijaga. Sayur kita itu telat tiga jam sudah rusak karena kita tidak punya fasilitas storage dan lain-lain," ungkapnya.

Kemudian, kunci yang ketujuh terkait dengan desa. Ia menjelaskan, desa memiliki peranan penting yang harus dijaga. Jika desa terkena dampak Covid-19, maka semua pihak yang ada di kota akan menghadapi masalah yang sangat serius, terutama terkait dengan pasokan pangan.

Selanjutnya, masalah kesempatan kerja dan pendapatan. Bayu menuturkan, masyarakat bisa menunggu tidak bekerja paling lama tiga bulan paling maksimum. Jika lebih dari itu, maka tabungan mereka sudah habis terpakai dan mereka tak memiliki penghasilan lagi. Ia pun menyinggung bantuan untuk pelatihan yang diberikan pemerintah yang ia nilai tidak tepat dikeluarkan saat ini.

"Yang dibutuhkan adalah daya beli. Jadi kasih saja dalam bentuk bantuan tunai langsung dulu. Nanti setelah kemudian bergerak baru pelatihan itu kemudian itu ada gunanya karena kalau nggak kita akan mengalami kesulitan," jelas dia.

Kunci yang selanjutnya, yakni merangkul erat sains dan IPTEK serta para ilmuwan, perguruan tinggi, dan lembaga riset sejak awal penanganan. Jangan sampai pihak yang menangani wabah ini memberikan pernyataan ke publik tanpa dukungan data-data dari para ilmuwan.

"Mereka pun tidak sempurna, mereka pun tidak tahu banget, tapi dibandingkan kita-kita yang awam saya kira mereka paling tidak lebih punya kelebihan dalam pengetahuan itu dibandingkan kita," terangnya.

Membuka selebar-lebarnya kerja sama internasional, baik terkait kerja sama alat kesehatan atau penelitian mengenai Covid-19 menjadi kunci ke-10. Kemudian, pemeritah Indonesia juga harus membangun kapasitas seiring dengan proses penanganan Covid-19. Pemerintah harus berjaga-jaga wabah ini tidak selesai dalam waktu dekat ini.

"Dengan demikian kita harus bangun kapasitas rumah sakit dan lain-lain itu bersamaan dengan ini. Tidak ada pelajaran yang lebih bagus untuk membangun kapasitas itu dari kondisi sekarang," tutur dia.

Kunci yang juga tak kalah penting agar penanganan Covid-19 berlangsung secara cepat dan sistematik ialah melakukan internalisasi. Covid-19 ini harus dilihat sudah menjadi bagian yang bersifat pandemi yang akan ada terus di Indonesia. Jadi kita harus punya penanganan yang lebih sistematik ke depan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement