Rabu 29 Apr 2020 03:50 WIB

WFH Jadi Momen Emas E-Commerce

WFH membuat semua orang mau tidak mau berbelanja secara daring.

E-commerce (perdagangan online)
Foto: Republika
E-commerce (perdagangan online)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi E-commerce Indonesia (IdEA) menilai era kerja dari rumah (work from home/WFH) menjadi kesempatan emas bagi perusahaan digital mengembangkan bisnis sekaligus berperan besar terhadap pertumbuhan industri e-commerce.

"Ini sebetulnya golden moment terutama untuk perusahaan digital, orang yang tadinya tidak melek digital, namun sejak WFH mau tidak mau jadi harus bisa," ujar Ketua Umum IdEA Igantius Untung dalam diskusi bertema "MarkPlus Industry Roundtable E-commerce and Application (Tech) Industry Perspective" di Jakarta, Selasa (28/4).

Baca Juga

Kendati demikian, ia mengatakan, tidak semua sektor di dunia e-commerce dan bisnis berbasis aplikasi mengalami keuntungan. Beberapa e-commerce di bidang travel dan transportasi mengalami tekanan, sehingga mengalihkan fokus pada hal lain seperti kampanye dengan tema yang berkaitan dengan Covid-19, mendorong tawaran khusus dan lain-lain.

"Kalau kita lihat Traveloka, Tiket.com mengalami tekanan, begitu juga dengan Gojek dan Grab. Jadi yang dilakukan pemain itu salah satunya melakukan kampanye digital dengan tema terkait corona," jelasnya.

Dalam kesempatan sama, Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) Fernando Repi melihat sisi lain dari digital bahwa meskipun telah berusaha menerapkan omni channel, omset ritel modern dari digital tidak memberikan kontribusi yang begitu besar bagi pendapatan keseluruhan.

"Penjualan online untuk ritel modern pada triwulan pertama tahun ini naik 15 persen, namun hanya memberikan kontribusi sekitar delapan persen dari total penjualan, penjualan di toko ritel pakaian turun 80 persen karena kunjungan ke toko juga turun hingga 50 persen," ujarnya.

Founder and Chairman MarkPlus, Inc. Hermawan menyarankan agar pebisnis ritel untuk tetap optimis karena setelah pandemi berakhir ada hal baru yang mungkin muncul. "Industri harus bersiap dengan strategi baru agar tetap berada dalam 'top of mind' pelanggan. Orang nanti tidak lagi cuma mau beli produk tapi ada experience lain yang bakal dicari, seperti pengalaman apa yang didapatkan ketika mereka membeli sesuatu, apalagi jika sampai ada 'revenge shopping'," ucapnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement