Rahasia 'Qiyamullail'

Red: A.Syalaby Ichsan

Selasa 28 Apr 2020 15:14 WIB

Muslimah shalat Tahajud.    (ilustrasi) Foto: Republika/Yogi Ardhi Muslimah shalat Tahajud. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Suatu ketika, sufi abad ketujuh Masehi, Hasan Bashri, ditanya oleh seseorang, mengapa orang yang rajin melaksanakan ibadah malam atau qiyamullail, wajahnya bersinar cerah. Sufi tersebut menjawab, karena mereka telah meluangkan waktu untuk Allah sehingga mereka mendapatkan cahaya Sang Pencipta.

Imam Besar Masjid Istiqlal Prof KH Nasaruddin Umar, mengatakan, ibadah pada umumnya memang disyariatkan pada malam hari, khususnya shalat.  Nasaruddin mengatakan, hanya ada dua shalat di siang hari, yakni Dzuhur dan Ashar.

Shalat ketika mentari tenggelam lebih banyak dari itu. Ada shalat Maghrib, Isya, dan Subuh. Belum lagi shalat-shalat sunah, seperti witir dan tahajud. Khusus di bulan Ramadhan terdapat shalat tarawih. Semuanya dilaksanakan saat mentari terbenam.

Di dalam Alquran, Allah berfirman: Dirikanlah shalat setelah matahari terbenam hingga gelap malam. Dan dirikanlah shalat Subuh. Sesungguhnya shalat Subuh itu disaksikan malaikat. (QS 17:78). Dalam ayat yang lebih spesifik lagi, Allah menegaskan dirikanlah shalat tahajud pada sebagian malam sebagai ibadah tambahan. (QS 17: 78).

Nasaruddin mengatakan, pada ayat terakhir terdapat kata ’asa ayyab'atsaka. Itu kata-kata yang digunakan Allah untuk melantik Muhammad sebagai nabi.

Menurut dia, itu bukanlah kata sembarangan. Allah mengatakan: Buitstu liutammima makamal akhlak. Menurut dia, Allah menggunakan kata-kata itu untuk menghargai mereka yang bersujud di malam hari.

Pada ayat itu, Allah menggunakan kata wa minallaili, yaitu pada sebagian malam, bukan wa minannahari atau pada sebagian siang. Di ayat lain, Allah menyebut kata-kata lailatul qadr, yaitu malam qadar, bukan naharul qadr atau siang qadar.

Nasaruddin mengungkapkan, malam merupakan waktu yang tepat untuk beribadah. Secara harfiah, malam adalah kegelapan setelah tenggelamnya mentari. Secara majazi, malam adalah kerinduan, kehangatan, kepasrahan, keindahan, dan kekhusyukan. Dalam arti lain, malam adalah tawakal, dingin, dan sejuk. Malam kerap menggambarkan ketenangan, kepasrahan, juga kedamaian.

Pada malam hari, kecerdasan spiritual lebih dominan ketimbang rasional. Rasa lebih dominan di malam hari. Di siang hari akal menguasai alam pikiran. Ketegasan menjadi dominan ketimbang kelembutan. Jika membuat surat di malam hari, pasti terlalu panjang untuk dibaca di siang hari. Bahkan bisa dirobek. Sebaliknya, jika membuat surat di siang hari untuk dibaca pada malam hari maka akan terlalu pendek.

Di siang hari, rasio menjadi penguasa. Manusia akan memerankan dirinya sebagai khalifah, wakil tuhan di muka bumi. Di malam hari, manusia akan bermanja, akan menjadi hamba yang memohon belas kasih dan menjadi hamba yang mengadu kepada Allah.

Allah lebih dekat kepada hambanya di malam hari, ujar Nasaruddin. Ibadah di malam hari juga lebih khusyuk sehingga sering tak terasa air mata tumpah di malam hari ketimbang siang. Bahkan saat bercinta dengan makhluk saja, manusia lebih manja di malam hari. Terlebih dengan Allah.

Menurut dia, umat Islam saat ini haruslah membuka mata di malam hari. Mereka disunahkan makan sahur. Betapa ruginya, jika sepulang tarawih, umat Islam melahap santapan malam untuk meninggalkan sahur. Itu tidak baik.

Rasulullah meminta umatnya beribadah malam karena mengetahui ada gudang rahasia yang tidak boleh disia-siakan. Di antara rahasia itu adalah kitab suci lebih sering turun pada malam hari ketimbang siang.

Karena itu, biarkanlah mata menangis, karena tangisan itu adalah tangis rindu kepada Allah dan Rasul. Janganlah tangisan itu ditahan. Sebab, air mata itu adalah kebahagiaan. Itu bukanlah air mata penderitaan yang mengandung racun. Itu bukanlah air mata yang menyebabkan penyakit jika masuk ke dalam lambung.

Ibadah di malam hari lebih mudah diterima Allah. Hubungan spiritual, jelas Nasaruddin, membuat segala yang berhubungan dengan rasa cepat sampai. Ia mengatakan, Allah tidak akan mengecewakan hambanya. "Justru kita yang selama ini banyak mengecewakan-Nya," ujar Nasaruddin.