Selasa 28 Apr 2020 11:19 WIB

Tujuan Penciptaan Makhluk

Arti ibadah dalam ayat ini memiliki pengertian yang luas

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: A.Syalaby Ichsan
Hari Kiamat (Ilustrasi)
Hari Kiamat (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Segala bentuk penciptaan memiliki maksud dan tujuan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Begitu juga dengan penciptaan mahkluk, termasuk bangsa jin dan manusia. 

Ustaz Amri Azhari mengungkapkan, sebenarnya Allah SWT sudah memberikan alasan yang jelas terkait tujuan penciptaan manusia dan bangsa jin. Alasan ini seperti tertera dalam surah az-Zariyat ayat 56-58. Ayat-ayat tersebut berbunyi, "Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki agar mereka memberi makan kepada-Ku. Sungguh Allah, Dialah pemberi rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh."

Dari ayat-ayat ini, lanjut Ustaz Amri, Allah SWT menciptakan bangsa jin dan manusia dengan tujuan agar mereka beribadah kepada Allah SWT. Arti ibadah dalam ayat ini memiliki pengertian yang luas. Termasuk bagaimana perkataan, pandangan, kasih sayang agar berbuah ibadah. "Datangnya kita ke tempat-tempat yang diridhai Allah juga diganjar pahala. Pun dengan niat kita untuk menauhidkan Allah dalam beribadah dan meninggalkan selain Allah dalam beribadah," kata Ustaz Amri dalam salah satu kajian keislaman di Jakarta.

Lebih lanjut, dia menjelaskan, muara ibadah dalam pengertian tersebut termasuk juga menauhidkan Allah, yaitu tidak menyembah atau bersujud kepada selain dari Allah SWT. Kalimat tauhid inilah yang memiliki makna yang begitu besar. Rasulullah SAW bahkan menghabiskan waktu selama 10 tahun berdakwah di Makkah guna mengajak kaum Quraisy dan sekitarnya untuk menegakkan kalimat tauhid.

Tidak hanya itu, sejumlah nabi dan rasul yang diutus sebelum Nabi Muhammad SAW juga berupaya untuk mengajak kaum-kaumnya untuk menyembah Allah SWT dan tidak ada sesembahan selain Allah. Usaha-usaha para nabi dan rasul ini pun mendapatkan ujian dan cobaan dari kaum-kaumnya. Mulai dari usaha Nabi Nuh, seperti yang tertera di surah al-A'raf ayat 56, kemudian dakwah yang dilakukan Nabi Hud. Setelah itu ada pula dakwah yang dilakukan Nabi Sholeh kepada kaum Tsamud.

Begitupun dengan usaha Nabi Ibrahim untuk mengajak kaumnya berhenti menyembah berhala. Selain itu, ada pula seruan yang diberikan Nabi Luth kepada kaumnya dan Nabi Syuaib kepada kaum Madyan. Seruan Nabi Musa juga dilakukan kepada Bani Israil untuk menyembah Allah SWT dan meninggalkan sesembahan-sesembahan lain.

"Semua seruan atau ajakan dari para nabi dan rasul tersebut berujung ke kalimat tauhid. Kalimat yang memiliki arti menunggalkan atau mengesakan sesuatu, dalam hal ini Allah SWT dan meniatkan semuanya untuk Allah. Termasuk beribadah, sujud sembah, dan meminta hanya kepada Allah SWT," ujar Ustaz Amri.

Riwayat dan kisah para nabi dan rasul dalam menegakkan kalimat tauhid itu menjadi penanda betapa pentingnya kalimat tauhid. Ustaz Amri menjelaskan, kalimat tauhid menjadi ungkapan pertama seseorang untuk menjadi seorang Muslim. Alhasil, dengan kalimat tersebut, seseorang tersebut telah berikrar akan beribadah hanya kepada Allah SWT.

Tidak hanya itu, berdasarkan ikrar dari kalimat tauhid tersebut, sepanjang hidup seorang Muslim harus beribadah dengan dasar pengakuan terhadap keesaan Allah SWT. Kondisi ini pun berimbas saat seorang Muslim harus tunduk dan patuh terhadap aturan-aturan Allah SWT. "Seorang Muslim adalah orang yang berserah diri dan memiliki totalitas terhadap aturan-aturan Allah SWT. Dari kalimat tauhid ini juga dapat dilihat menjadi awal dan dasar kenapa Allah SWT menciptakan bangsa jin dan manusia, melainkan untuk beribadah kepada-Nya," ujar dia.

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement