Puasa Dinilai Mampu Atasi Sakit Maag

Rep: Dessy Susilawati/ Red: Muhammad Hafil

Selasa 28 Apr 2020 11:22 WIB

Puasa Dinilai Mampu Atasi Sakit Maag. Foto: Ilustrasi Sakit Maag Foto: Pixabay Puasa Dinilai Mampu Atasi Sakit Maag. Foto: Ilustrasi Sakit Maag

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Banyak orang yang menderita sakit maag (lambung) khawatir menjalankan puasa. Mereka takut sakit maagnya ini kambuh saat berpuasa. Tapi, menurut Akademisi dan Praktisi Klinis, Prof dr Ari F Syam, puasa justru mampu membuat sakit maag menjadi lebih baik.

"Puasa Ramadan selama ini terbukti akan memperbaiki sakit maag seseorang. Dalam praktik sehari-hari, bahkan pada minggu pertama pasien sudah melaporkan bahwa keluhan maagnya membaik saat berpuasa," ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Senin (27/4).

Baca Juga

Menurutnya beberapa alasan mengapa pasien dengan sakit maag akan membaik jika berpuasa Ramadhan antara lain karena makannya menjadi teratur pada saat sahur dan berbuka, mengurangi camilan-camilan yang tidak sehat yang bisa saja dikonsumsi pada siang hari. Selain itu mereka juga mengurangi konsumsi rokok dan pengendalian diri.

Ia menambahkan secara teori mustinya pasien dengan GERD juga akan membaik keluhannya saat berpuasa Ramadan. Hal ini yang menjadi tujuan kenapa pasien GERD yang berobat di Poli Gastroenterologi RSCM diteliti pengaruh gejala penyakit GERDnya selama puasa Ramadan.

Hasil penelitian dilaporkan empat tahun yang lalu oleh peserta pendidikan dokter spesialis penyakit FKUI-RSCM dengan judul penelitian Pengaruh Puasa Ramadhan terhadap Gejala Klinis Pasien Penyakit GERD. Penelitian ini sendiri dilakukan pada Bulan Ramadan tahun lalu dengan peneliti Dr Radhiyatam Mardhiyah di mana kebetulan dokter Ari menjadi salah satu pembimbing dalam penelitian tersebut.

Penelitian ini melibatkan 130 orang pasien GERD yang dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok pasien dengan GERD yang berpuasa Ramadan dan kelompok GERD tidak berpuasa Ramadan. Mayoritas subjek penelitian adalah laki-laki dan median usia di kedua kelompok adalah 53 tahun.

"Kami memang tidak melibatkan pasien wanita yang masih produktif (masih mengalami menstruasi). Pasien yang menjadi subjek ini telah dilakukan endoskopi saluran cerna dan sebagian besar memang pasien dengan NERD yaitu suatu keadaan penyakit GERD yang tidak ditemukan luka pada klep antara kerongkongan dan lambung," terangnya.

Pada pasien yang menjadi subjek penelitian ini dilakukan pemeriksaan pada minggu keempat Ramadan dan dibandingkan tiga bulan setelah Ramadan.

"Hasil penelitian mendapatkan bahwa pada kelompok pasien yang berpuasa Ramadan terdapat perubahan nilai GERD-Q (suatu parameter untuk menilai ringan buruknya GERD). Jumlah pasien yang mengalami perubahan sebanyak 55 pasien atau mencapai 85 persen. Bahkan pada 23 persen perubahan GERD yang terjadi dengan rentang yang cukup besar," ungkapnya.

Beberapa analisa lebih lanjut ternyata jumlah asupan rokok pasien selama berpuasa Ramadan berkurang dibandingkan saat tidak berpuasa. Pengaruh selisih waktu antara makan terakhir dengan tidur tidak ditemukan pada kedua kelompok baik pada penderita GERD saat berpuasa dan saat tidak berpuasa. Begitu pula tidak ada perbedaan antara selisih waktu antara makan terakhir dengan tidur pada kelompok puasa dan tidak puasa.

"Perbedaan perbaikan gejala klinis GERD ini lebih meyakinkan bahwa pasien dengan GERD tetap diperbolehkan untuk tetap berpuasa karena puasa Ramadan akan memperbaiki gejala GERD-nya."

Pada akhirnya penelitian ini berkesimpulan bahwa pasien GERD yang menjalani puasa Ramadhan keluhan GERD dirasakan lebih ringan saat berpuasa dibandingkan pada saat di luar puasa. Pasien GERD ini juga ternyata merasakan keluhan lebih ringan dibandingkan pasien GERD yang tidak berpuasa. "Akhirnya hasil penelitian ini menjadi angin segar buat penderita GERD untuk tidak ragu-ragu lagi menjalankan ibadah puasa Ramadan,"