Selasa 28 Apr 2020 07:10 WIB

Eks Wamen ESDM: Harga BBM pada Mei Mestinya Rp 7.100

Harga bensin pada Juni bahkan bisa Rp 5.650 per liter.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Teguh Firmansyah
Petugas SPBU mengisi bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi di SPBU Kuningan, Jakarta.
Foto: Prayogi/Republika
Petugas SPBU mengisi bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi di SPBU Kuningan, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan wakil menteri ESDM era SBY, Rudi Rubiandini mengatakan, di tengah harga minyak yang sedang anjlok harga bensin seharusnya juga menjadi murah.  Ia menjelaskan mestinya bahan bakar minyak (BBM) bisa di angka Rp 7.100 per liter pada Mei mendatang.

"Mulai 1 Mei ini, seharusnya Pertamina, Total, Shell, dan badan usaha lainnya seharusnya jual (BBM) sekitar Rp7.100 dan pada Juni nanti jadi Rp5.650 per liter," ujarnya, Senin (27/4).

Baca Juga

Ia menjelaskan hitungan tersebut berasal dari dua indikator harga minyak mentah dunia yang jatuh dari kisaran 60 dolar per barel menjadi 20 dolar per barel. Kemudian, juga berasal dari pergerakan nilai tukar rupiah yang cenderung stabil sekitar Rp15.500 per dolar AS pada beberapa hari terakhir.

"Lalu dua komponen itu dimasukan dalam formula harga BBM yang sudah dibuat," ujar Rudi.

Dalam aturan itu, BBM dengan RON kurang dari 95 ditentukan berdasarkan perkiraan rata-rata harga minyak produksi Singapura (Mid Oil Platt's Singapore/MOPS) ditambah margin Rp1.800 dan margin 10 persen. Sementara untuk BB dengan RON 95 atau lebih, formulanya MOPS ditambah margin Rp2.000 ditambah 10 persen.

Dari formula tersebut, maka harga BBM akan berada di kisaran Rp7.100 per liter pada Mei 2020 atas perhitungan kondisi harga minyak mentah pada Maret 2020.

Sedangkan, atas penurunan harga minyak mentah pada April 2020, hasilnya akan membuat harga BBM turun ke Rp5.650 per liter pada Juni 2020. "Jadi (penyesuaian harga BBM di Indonesia) dua bulan delay (setelah penurunan harga minyak mentah dunia)," ungkapnya.

Menurut Rudi, dampak penurunan harga BBM di Indonesia merupakan yang terlama dari penurunan harga minyak mentah dunia bila dibandingkan dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Mereka rata-rata akan melakukan penyesuaian sekitar sebulan setelah ada perubahan harga minyak mentah dunia.

"Negara-negara lain bahkan pakai delay dua pekan (dari perubahan harga minyak mentah dunia), Malaysia lebih cepat, karena acuannya satu pekan. Jadi, perlu bersabar menunggu harga jadi Rp7.000 dan Rp5.000-an," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement