Hikmah Puasa di Saat Merebaknya Wabah Covid-19

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Hiru Muhammad

Senin 27 Apr 2020 14:29 WIB

Suasana Masjid Al-Markaz Al-Islami yang biasanya ramai saat pelaksanaan shalat tarawih terlihat sepi di Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (23/4/2020) malam. Guna memutus rantai penyebaran COVID-19, pengurus masjid tersebut meniadakan aktivitas beribadah termasuk pelaksanaan shalat tarawih seiring ditetapkannya 1 Ramadhan 1441 Hijriah yang jatuh pada Jumat, 24 April 2020 oleh pemerintah Foto: ARNAS PADDA/ANTARA Suasana Masjid Al-Markaz Al-Islami yang biasanya ramai saat pelaksanaan shalat tarawih terlihat sepi di Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (23/4/2020) malam. Guna memutus rantai penyebaran COVID-19, pengurus masjid tersebut meniadakan aktivitas beribadah termasuk pelaksanaan shalat tarawih seiring ditetapkannya 1 Ramadhan 1441 Hijriah yang jatuh pada Jumat, 24 April 2020 oleh pemerintah

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG---Bulan Suci Ramadhan tahun ini berbeda dari biasanya.  Bulan puasa yang dimulai pada 24 April lalu terasa mengharukan dan tak semeriah biasanya. Masjid-masjid yang biasanya selalu dipenuhi  jemaah shalat terawih kini tak terlihat. Kondisi ini, tak lepas dari pandemi Covid-19 yang melanda dunia. 

Ketua Badan Pengurus Yayasan Universitas Islam Bandung (Unisba), yang juga menjabat sebagai Ketua MUI Kota Bandung, Prof Dr K H Miftah Faridl mengatakan, Ramadhan kali setiap orang dianjurkan untuk tetap tinggal di rumah dan mengurangi berbagai aktivitas yang bersifat kerumunan.  Berbagai imbauan dan larangan terkait penularan virus Corona tentu saja membuat sejumlah tradisi Ramadhan terpaksa tidak dilakukan. 

Menurutnya, berbagai kegiatan seperti buka bersama, shalat terawih di masjid, tadarus Al-qur’an dan itikaf di masjid harus dihindari dalam situasi saat ini.  “Sekali lagi ini adalah ikhtiar kita atas perintah Allah SWT. Kita harus berusaha dan jangan membuat orang lain menjadi menderita karena tertular penyakit dari kita. Jangan pula kita dibikin sakit atau menderita akibat orang lain karena tertular penyakit," tutur Miftah kepada wartawan, Senin (27/4).

Selama bulan puasa  umat Islam dianjurkan untuk meningkatkan rasa solidaritas kepada yang lain dengan bersedekah. Menurutnya, bersedekah adalah peluang untuk kita meningkatkan ibadah kepada Allah SWT. “Kita diuji oleh Allah apakah masih ingat dengan tetangga atau tidak, ingat keluarga atau tidak. Kalau ini benar-benar ujian maka kita harus lulus,"katanya.

Jika saat Ramadhan kita terbiasa membeli pakaian agak mewah untuk saat ini tahan sedikit dan memberikan bantuan kepada saudara-saudara yang membutuhkan. Miftah berharap, semua tetap berusaha menjalankan syariat Islam secara optimal tapi juga harus bisa menghindari proses penularan penyakit. 

Karena, meski tidak bisa melaksanakan shalat terawih berjamaah di masjid, umat muslim masih bisa melakukan shalat berjamaah di rumah bersama keluarga atau pun sendiri. Menurutnya hal tersebut tidak akan mengurangi keutamaan serta kualitas ibadah itu sendiri. 

Miftah mengatakan, jika seseorang tidak mendapatkan pahala lebih karena tidak melangkahkan kakinya ke masjid, dia bisa menggantinya dengan amalan-amalan lain seperti membaca Al Qur’an atau memperbanyak dzikir kepada Allah SWT. “Doa-doa dzikir yang manjur  dengan menyebut nama Allah setelah bada shalat fardhu seperti Subhanallah, Alhamdulillah, dan Allahuakbar masing-masing 33 kali, itu jangan ditinggalkan," katanya.

Boleh juga menambah lagi dzikir yang mahsyur seperti dicontohkan  Rasulullah SAW tapi yang paling utama perbanyak membaca Al Quran Nurkarim. Masyarakat diminta  agar bisa mengikuti imbauan pemerintah jika ada peraturan terkait pelaksanaan larangan mudik di tengah pandemi Covid-19. Menurutnya, memelihara semangat silaturahim itu penting, namun menjaga kesehatan bersama jauh lebih penting dalam situasi saat ini. Jadi jagalah semangat kebiasaan silaturahim dengan menggunakan sosial media untuk sementara.  

Terpopuler