Senin 27 Apr 2020 13:21 WIB

Covid-19: Indonesia vs AS, Mudik vs Pulang Kampung

Pulang kampung dan mudik hakikatnya adalah pemisahan antara pengungsi dan pemudik.

Petugas kepolisian mengarahkan kendaraan umum ke pintu keluar Tol Bitung, Kabupaten Tangerang, Banten, Jumat (24/4/2020). Penyekatan itu dilakukan menyusul adanya larangan mudik bagi seluruh kalangan yang sudah ditetapkan mulai hari ini guna mencegah penyebaran COVID-19
Foto: FAUZAN/ANTARA
Petugas kepolisian mengarahkan kendaraan umum ke pintu keluar Tol Bitung, Kabupaten Tangerang, Banten, Jumat (24/4/2020). Penyekatan itu dilakukan menyusul adanya larangan mudik bagi seluruh kalangan yang sudah ditetapkan mulai hari ini guna mencegah penyebaran COVID-19

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Meilanie Buitenzorgy, Dosen IPB University

Hal yang paling dikhawatirkan dari wabah Covid19 di tanah air adalah, akankah Indonesia mengalami tragedi seperti Amerika Serikat (AS)? Saat ini AS mencatat rekor sebagai negara dengan jumlah kematian dan jumlah kasus terinfeksi Covid-19 tertinggi di dunia. Sampai Áhad, 26 April 2020, tercatat hampir 1 juta orang terinfeksi Covid-19 di negeri Donald Trump tersebut, dengan lebih dari 54 ribu orang di antaranya meninggal dunia.

Indonesia vs AS

Dari segi jumlah penduduk, peringkat Indonesia dengan 274 juta penduduk berada tepat di bawah AS (331 juta penduduk). Pusat penularan wabah (episenter) kedua negara besar ini yaitu kota Jakarta dan New York City juga sama-sama berpenduduk di atas 10 juta jiwa.

Indonesia dan AS pun sama-sama berstatus sebagai negara demokrasi dimana masyarakatnya terpolarisasi secara politis. Faktor ini menggerus tingkat kedisiplinan dan kepatuhan masyarakat kepada pemerintah, padahal kedisiplinan dan kepatuhan masyarakat adalah kunci dalam upaya-upaya nasional menghambat penularan virus corona. 

Kemiripan-kemiripan ini, ditambah dengan prakondisi Indonesia yang serba tidak menguntungkan: pendapatan per kapita rendah, tingkat literasi rendah, akses sanitasi dan higienitas rendah, tingginya proporsi kawasan kumuh padat penduduk di perkotaan, kapasistas sistem kesehatan rendah, dsb, membuat banyak pihak khawatir Indonesia akan mengalami ledakan pasien dan kematian akibat Covid 19 seperti AS.

Apakah kekhawatiran tersebut didukung oleh statistik Covid-19? Mari kita perhatikan data jumlah kematian akibat Covid-19 antara kedua negara. Tingkat kematian dipilih sebagai indikator pembanding karena jumlah infeksi terlalu bias untuk dibandingkan. Jumlah infeksi bergantung pada kemampuan tes massal, dan ini berbeda-beda antar negara.

Untuk meminimalisir berbagai bias, kita tentukan titik awal adalah hari pertama dimana infeksi harian mencapai minimal 30 kasus. Untuk Indonesia, hari pertama ini jatuh pada tanggal 13 Maret 2020. Sedangkan untuk AS jatuh sekitar 3 minggu lebih awal, tepatnya pada 21 Februari 2020.

Pada hari ke-45 sejak titik awal tersebut, angka kematian akibat Covid 19 di AS mencapai 10746 orang, sementara di Indonesia “hanya” 720 orang. Artinya, dalam jangka waktu yang sama yaitu 45 hari setelah angka infeksi harian mencapai 30, angka kematian di AS (6 April) meledak hingga 15 kali lipat dibanding angka kematian Indonesia (26 April). Jika kita melihat tanggal yang sama yaitu 26 April 2020, angka kematian di AS bahkan telah mencapai 75 kali lipat angka kematian di Indonesia.

Indonesia vs ASEAN

Beberapa media dan pengamat Internasional menyebutkan kinerja Indonesia dalam menghadapi pandemic Covid-19 adalah yang terburuk se-ASEAN. Dibandingkan dengan negara-negara se-ASEAN seperti Malaysia, Filipina, Singapura, Vietnam dan Thailand, tingkat kematian akibat Covid-19 di Indonesia adalah yang tertinggi. Ahad 26 April, tercatat 720 orang di Indonesia meninggal akibat Covid-19, disusul Filipina 501 orang dan Malaysia 98 orang.

Namun jika kita mengoreksi statistik tersebut dengan angka populasi, sebenarnya situasi wabah Covid19 di Indonesia tidaklah seseram yang digambarkan media-media internasional. Per-sejuta penduduk, tingkat kematian akibat Covid-19 di Indonesia “hanya” sebesar 2.6, masih berada di bawah Filipina (4.6) bahkan Malaysia (3.0).

Kita boleh sedikit bernafas lega karena hingga titik ini, akhir April 2020, belum ada tanda-tanda Indonesia mengarah pada tragedi Covid 19 di AS. Dibanding sesama negara-negara ASEAN pun keadaan Indonesia tidaklah terlalu buruk. Namun semua ini akan buyar berantakan jika kita gagal mencegah pergerakan masal mudik Ramadhan dan Lebaran 2020.

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement