Senin 27 Apr 2020 12:03 WIB
Corona

MK dan Perpu Stabilitas Sistem Keuangan Di Tengah Corona

soal stabultasi keungan di tengah pandemi Corona

Karyawan Bank Indonesia menurunkan kardus yang berisi bantuan kepada Gugus Tugas Penanganan COVID-19 di Kota Gorontalo, Grorontalo, Jumat (17/4/2020). Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) menyerahkan bantuan 1.000 paket kebutuhan pokok bagi masyarakat, 942 buah masker dan hand sanitizer bagi Brimob, 3.350 masker bedah, 200 masker N95, 3.350 sarung tangan kepada Kantor Kesehatan Pelabuhan, penyemprotan disinfektan di 10 titik, wadah cuci tangan kepada Dompet Dhuafa dan satu unit mobil kepada Dinas Pangan untuk penanganan dan pencegahan COVID-19.
Foto: ANTARA/Adiwinata Solihin
Karyawan Bank Indonesia menurunkan kardus yang berisi bantuan kepada Gugus Tugas Penanganan COVID-19 di Kota Gorontalo, Grorontalo, Jumat (17/4/2020). Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) menyerahkan bantuan 1.000 paket kebutuhan pokok bagi masyarakat, 942 buah masker dan hand sanitizer bagi Brimob, 3.350 masker bedah, 200 masker N95, 3.350 sarung tangan kepada Kantor Kesehatan Pelabuhan, penyemprotan disinfektan di 10 titik, wadah cuci tangan kepada Dompet Dhuafa dan satu unit mobil kepada Dinas Pangan untuk penanganan dan pencegahan COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID -- Oleh DR Margarito Kamis, Ahli Hukum Tata Negara

Mahkamah Konstitusi akan memeriksa Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 Tentang Kebijakan Keungan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid 19) dan/atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan. Masa Allah ini judul terpanjang di dunia untuk sebuah UU. Karena terlampau panjang, maka saya akan menyebut Perpu ini dengan “Perpu Corona.” 

Apakah ada sistem keuangan di dunia, yang bertuan pada tuan “takur - Amerika” dengan “Wall Streetnya” yang stabil? Adakah sistem keuangan di dunia yang tidak terjalin dengan standar mata uang, uang kertas yang beredar, tingkat suku bunga kredit, jual beli bank note, kegagalan bayar kredit, karena berbagai faktor dan sejenisnya?

Pukul Emas dan Perak

Sistem keuangan khas jagoan-jagoan Wall Street dalam “esensinya” memang elastis dan dinamis. Sistem keuangan khas jagoan Wall Street dimaksudkan untuk terus-menerus memproduksi inflasi dan deflasi, bahkan krisis. Karena setelah krisis, bank sentral muncul menjadi, bukan lending of last resort saja, tapi juga mengaur kebijakan ekonomi nasional.

Mengapa begitu? Karena pemerintah, bukan “korporasi” yang dibebani tanggung jawab mengurus rakyat. Kerja perusahaan ya cari untung, untung dan untung.  Begitulah cara berpikir J.P Morgan, Rockeffeller, Jacob Schif dan Paul Morizt  Warburg, orang-orang yang merancang terciptanya The Federal Reserve, The Fed’s. Krisis datang, maka korportasi meminta uluran tangan pemerinah. Begitu seterusnya.

Cara pandang ini sebenarnya pandangan  Alexander Hamilton, Menteri Keuangan pertama di Amerika Serikat. Alexander Hamilton, dapat disebut sebagai bapak pencipta Bank Sentral Amerika. Pada mulanya Bank Of England, bukan Reicsbank Swedia dan Jerman, yang ditunjuk Hamilton dalam merancang Firts American Bank.

Bank ini, dalam rancangan Hamilton, dimaksudkan hanya untuk menampung uang dari pajak, serta memudahkan pembiayaan perang. Dalam pandangan Hamilton, itulah fungsi awal Bank of England. Itulah yang Hamilton kehendaki dari Bank yang mati-matian ia perjuangkan pembentukannya, yang kelak dikenal dengan Bank sentral.

Hamilton memang mendapat tantang sangat keras oleh Thomas Jefferson dan James Madison. Tetapi mereka berdua kalah. Lahirlah First American Bank” yang diberi waktu operasi selama 20 tahun. Tidak lebih. Masa operasinya berakhir operasi pada tahun 1816. Supaya dapat dilanjutkan, maka diciptakanlah perang tahun 1812. Lahirlah The Second American Bank. Masa operasinya sampai dengan tahun 1836.

Mau diperpanjang lagi, tetapi Presiden mereka Andrew Jackson menolak. Jackson veto UU baru yang akan yang memperpanjang operasi Bank ini. Veto itu mengakibatkan untuk waktu 78 tahun Amerika tak punya bank sentral.

Tetapi kelak tiba waktunya Amerika berjaya dengan bank sentral. Kejayaan itu datang setelah Paul Morizt Warburg, J.P. Morgan, Rockeffeler, Frank Faderliph, danJacob Schiff menyingsingkan lengan baju memasuki panggung politik. Mereka jadi Presiden? Tidak. Jadi legislator? Tidak.

Mereka menggunakan politisi –capres- dan legislator serta llmuan dari universitas-universitas ternama menggolkan gagasan bank sentral. Itu yang mengakibatkan Oliver Mithcell Sprague, penulis History of Crises under The National Bank dan kelak memimpin pembentukan Harvard Graduate Schooll of Bussiness ini, kalah telak dalam pertempuran melawan mereka.

Sprague bersandar pada pandangan Bagehot, pencipta Bank of England sebagai bank Sentral berkedudukan di Lombard Street 72, Wall Streetnya Inggris. Bagehot mengakui Bank of England juga menghasilkan krisis keuangan. Itu sebabnya Bagehot mendesak agar Bank of England sebagai bank sentral yang berfungsi sebagai lending of last resort harus dibebani tanggung jawab sosial. Sayangnya gagasan ini ditolak kawan-kawannya di Bank of England.

Sembari bersandar pada pandangan Bagehot, Sprague dengan meyakinkan menyatakan pengalaman bank sentral baik Inggris maupun Amerika menunjukan bank akan memperluas stabilitas dengan cara mengawetkan asset bank besar. Menurut Sprague ini menjadi sebab mereka gagal bergerak cepat mencegah terjadinya kepanikan keuangan.

Pandangan Sprague itu, pada level tertentu disetujui Joseph French Jonhson dan Horace White. Pandangan keduanya terlihat pada saat keduanya mendiskusikan makalah Paul Warburg, pria yang menciptakan nama The Fed’s. Keduanya mengakui bank sentral model Eropa memang berusaha mengindari krisis keuangan, tetapi tidak untuk krisis perdagangan.

Bagi keduanya, ini disebabkan bank sentral lebih suka memompa liquiditas mereka ke pasar uang. Bagi mereka bank-bank lokal harus diberi kesempatan terlibat dalam operasional bank sentral, sehingga mereka dapat menjaga kepentingan mereka.

Sayangnya mereka kalah cerdik dengan geng Wall Street. Segera setelah William McKinley terpilih jadi Presiden 1896, Morgan-Rockefeller, dicatat Murray N. Rothbard dalam The Quartly Jounal of Austrian Economic Vol 2 Nomor 3, 1999, dalam kata-katanya force began to organized a “reform” movement to cure the “inelastic” of money existing gold standar and to move slowly toward the estabilishment of central bank.

Agar tak segera dikenali sebagai gerakan mereka, area awal gerakan harus digeser. Dipilihlah Middle West sebagai awal dimulainya gerakan ini. Yang digerakan tidak hanya para bankir, tetapi juga ilmuan dan jurnalis.

Hugh Henry Hanna diplot memimpin gerakan ini. Ia memulainya dengan tampilan praktis pro gold. Hana lalu mengirimkan memorandum ke Indianapolis Board of Trade. Dalam memo ini Hanna mendesak masyarakat mengambil bagian dalam gerakan currency reform ini.

John Mitchell dari Chicago, presiden of Illionis and Saving Bank dan direktur dari  Chicago and Alton Railroad, Charles Custis dari Sugar Trust Company, Alexander, E. Orr dari New York City Banker yang terkait dengan Morgan, Edwin O. Stanard St. Louise mantan National Board of Trade and Transportation, E,B Stahlman pemilik Nashvill Banner, juga komisioner dari jaringan Southern Railway and Steampship Assosiation dan  mantan presiden Louisville, New Albany and Cichago Railroad, semuanya terlibat. 

Kelompok ini segera menyodorkan kepada McKinley, presiden terpilih 1896; (i) garis besar kebijakan gold standard (ii) menciptaan sistem kredit yang elastis. Mereka juga mendesak  McKinley segera membentuk New Monetery Commission. Mckinley menyambut dan Komisi inipun dibentuk. Dipimpin oleh George F. Edmund, mantan senator Republikan dari Vermont.

Dibantu oleh sejumlah pakar. Mereka adalah C. Stuart dekan fakultas hukum Universitas Pensilvania, Charles S. Fairchild Bankir dari New York, juga presiden of the New York Security and Trust Company, Stuyvesant Fish, partner pada New York Investmen Bank of Morton, Bliss and Company, yang didominasi Morgan.

Berturut-turut terdapat Louise A. Granett, Thomas G. Bush, J.W Fries, George Leighton, Robert S. Taylor. Mereka disupervisi oleh James Luren Laughlin, profesor ekonomi dari new University of Chicago yang didirikan Rockefeller.        

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement