Ahad 26 Apr 2020 06:56 WIB

Afrika Selatan Mulai Kembali Aktivitas Ekonomi

Afrika Selatan telah melakukan kebijakan pembatasan sosial selama satu bulan.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Fuji Pratiwi
Seorang anggota Pasukan Pertahanan Nasional Afrika Selatan berpatroli di sebuah jalan di pemukiman informal Diepsloot, utara Johannesburg, Afrika Selatan, Kamis (16/4). Presiden Afrika Cyril Ramaphosa memperpanjang lockdown dengan tambahan dua minggu sebagai upaya berkelanjutan untuk menahan penyebaran COVID-19.
Foto: AP/Themba Hadebe
Seorang anggota Pasukan Pertahanan Nasional Afrika Selatan berpatroli di sebuah jalan di pemukiman informal Diepsloot, utara Johannesburg, Afrika Selatan, Kamis (16/4). Presiden Afrika Cyril Ramaphosa memperpanjang lockdown dengan tambahan dua minggu sebagai upaya berkelanjutan untuk menahan penyebaran COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JOHANNESBURG – Afrika Selatan berencana membuka kembali sektor pertaniannya dan sejumlah subsektor manufaktur dan ritel di tengah pandemi Covid-19. Menteri Perdagangan Ebrahim Patel mengatakan, langkah tersebut sebagai upaya pemerintah menyeimbangkan permintaan untuk memulai kembali ouput ekonomi.

Patel menyebutkan, bidang pertanian, kehutanan dan perikanan akan mulai dibuka kembali. Yang di dalamnya mencakup kehutanan serta hortikultura dan distribusi ternak.

Baca Juga

Sementara itu, pembukaan di bidang manufaktur akan dilakukan secara parsial. "Sektor-sektor ini tidak akan terbuka 100 persen, karena kita perlu memberi kesempatan pada perusahaan untuk kembali bekerja secara bertahap. Sebagai baseline, 20 persen dari semua pekerja manufaktur akan mulai beraktivitas kembali," tutur Patel, seperti dilansir di Reuters, Sabtu (25/4).

Pembukaan akses lebih besar, hingga 50 persen, diberikan pemerintah ke beberapa kegiatan manufaktur utama. Di antaranya, otomotif dan komponennya, produksi semen dan bahan konstruksi lain serta produksi alat tulis.

 

Sektor penambangan kini sudah diizinkan pemerintah untuk beroperasi dengan kapasitas penuh atau 100 persen.

Untuk ritel, konsumen diizinkan membeli makanan dari restoran untuk dibawa pulang (take away), alat tulis dan buku-buku pendidikan, produk tembakau serta komputer pribadi dan telepon seluler. Penjualan minuman keras masih tidak diizinkan.

Diketahui, Afrika Selatan telah melakukan kebijakan pembatasan sosial selama satu bulan. Sebagian besar penduduk harus tinggal di rumah, kecuali perjalanan penting, membuat banyak bisnis dan individu berjuang tanpa pendapatan dalam ekonomi yang berpotensi dilanda resesi.

Pada Kamis (23/4), Presiden Afrika Selatan mengatakan, pemerintah akan mengizinkan kembali sebagian perekonomian beraktivitas pada 1 Mei. Beberapa industri diizinkan untuk beroperasi di bawah sistem risiko lima tingkat (five-level risk).

Patel menambahkan, tiap perubahan dari rencana ini akan dibahas kembali dengan dunia usaha. "Ini aksi penyeimbangan yang sulit. Setiap industri, pekerja, ingin kembali bekerja. Tapi, kita perlu mencapai keseimbangan yang hati-hati antara mulai bekerja secepat mungkin dengan menekan penyebaran virus untuk penyelamatan nyawa," kata Patel.

Meski beberapa aktivitas ekonomi berjalan, pemerintah masih melakukan pembatasan perjalanan dan olahraga. Penerapan jam malam pun masih berlaku antara jam 8 malam hingga 5 pagi.

Berdasarkan data Worldometers.info, Sabtu malam, setidaknya sudah 4.220 kasus positif Covid-19 tercatat di Afrika Selatan, 72 orang di antaranya meninggal dunia.

Untuk meredam dampak pandemi, pemerintah Afrika Selatan sudah menganggarkan paket penyelamatan senilai 500 miliar rand atau sekitar 26,29 miliar dolar AS. Nilai tersebut setara dengan 10 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) negara tersebut.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement